Kali ini saya akan memberikan sedikit informasi mengenai bagaimana cara seseorang yang ingin mencoba menerobos masuk ke komputer orang lain melalui DOS(Windows XP/2000).Hal yang pertama kita lakukan adalah kita harus tahu dulu alamat IP address/Host Name/Computer name target/korban;berikut langkah-langkah nya: 1. Melacak alamat IP suatu situs Untuk mengetahui alamat IP suatu situs, kita dapat melakukan PING terhadap situs tersebut. Caranya: Masuk ke command Prompt dan ketikan PING WWW.SITUS-YANG-DILACAK.COM lalu tekan enter. Maka akan muncul alamat Ip situs tersebut.2. Melacak Lokasi server (real address) suatu situs Kita dapat melacak lokasi server suatu situs hanya dengan mengetahui alamat situsnya saja. Coba anda buka www.domainwhitepages.com Tinggal masukkan IP address situs tadi atau masukkan alamat situsnya dan anda akan mendapatkan info lengkap tentang server dari situs tersebut diantaranya adalah lokasi negara dan kota.3. Melacak IP address lawan chatting kita Saat kita menggunakan Yahoo messenger, sebenarnya kita bisa mengetahui alamat IP dari lawan chatting kita. Caranya: Kirimkan suatu file pada lawan chat kita. :: Lalu masuklah ke Command Prompt (MSDOS) dan ketikkan NETSTAT -N lalu tekan enter, maka alamat IP lawan chatting anda (yang telah anda kirimi file tadi) akan muncul beserta port yang digunakan untuk pengiriman file. :: Untuk mengetahui lokasi lawan chatting anda (real address) seperti ia berada di kampus atau di warnet mana, tinggal anda chek di http://imancyber.wordpress.com/2008/01/23/cara-masuk-di-komputer-lain-lewat-dos-windows-xp-2000/www.domainwhitepages.com dengan mempergunakan alamat IP yang anda dapatkan. Setelah semua nya selesai anda hanya tinggal menambahkan sedikit ramuan mujara/tools tambahan :)Pertama-tama anda harus tahu 2 program penting lalu downloadlah yaituinternet Maniac (Internet Maniac.exe) … Download InterenetManiacBerfungsi untuk mengetahui ip addreas client melalui computer name /hostnameKaHT (KaHt.exe) … Download program hackerKaHTBerfungsi sebagai program untuk menerobos ke computer server atau clientIngat hanya dengan 2 program diatas maka anda bersiap-siaplah menguasaiwarnet / kampus / kantor dan sebagainya, lho bagaimana bisa ? hehePertama kali anda periksa dahulu jaringan anda dengan melihat para hostnamedengan 2 cara.Ingat hanya dengan 2 program diatas maka anda bersiap-siaplah menguasaiwarnet / kampus / kantor dan sebagainya, lho bagaimana bisa ? heheSetelah 2 program diatas di download maka ekstractlah dahulu programtersebut, entah pake WINZIP atau pake apa.Kalo udah di extract lalu pertama kali anda periksa dahulu jaringan andadengan melihat para hostname dengan 2 cara.Untuk Windows XPCara Pertama Masuk ke Start Lalu Search, lalu pilih computers or people lalupilih A computer on the Network lalu langsung klik search maka akan segeramuncul computer-komputer yang terkoneksi dalam jaringan.Untuk Windows 95/98/Me/2000 (kalau anda menemukan open port 135 di OS ini) :)Cara Pertama Masuk ke Start Lalu Search Lalu For Files or Folders lalu padamenu Search for other item pilihlah computers, lalu akan muncul Search forcomputer, maka langsung klik Search Now maka nama-nama computer akan muncul(Alternatif cara yang cepat dapat mengklik My Network Place / NetworkNeighboure saja)Setelah loe dapetin sasaran computer yang mau di masukin / diremote makaloe langsung aja jalankan program Internet ManiacMasuklah ke Host Lookup lalu ketikkan nama computer / hostname lalu klikresolve, disini anda akan mendapat alamat ip computer tersebut. Dengan nomorip ini maka anda sudah mengetahui sasaran computer yang akan di masuki.Setelah itu selesai maka kita tinggalkan program Internet Maniac, kita akanberlanjut dengan program KaHT, program ini akan didetect sebagai Trojan olehantivirus, tapi abaikan saja, jangan di hapus / di karantina kalauterdetect, kalau perlu del aja antivirusnya, satu lagi, program KaHT bekerjadalam MS-DOS Mode jadi disini kemampuan anda menggunakan DOS sangat penting,tanpa kemampuan DOS maka anda tidak akan bisa banyak berbuat.Cara masuk DOS ModeUntuk Windows XP :Masuklah ke Start, All programs, Accessories lalu Command PromptUntuk Windows 95/98/Me/NT/2000Masuklah ke Start, Programs, Accessories lalu MS-DOS PromptSetelah berhasil masuk DOS maka masuklah di directory program KaHT, masa sehbisa lupa tadi program diextract dimana, hehe, (Misal tadi di extract diC:\KaH) maka ketikkan “CD\KaHT” dan seterusnya.Jika sudah, ini saatnya?Ketikkan “KaHT sebelum_no_ip_komputer_sasaran no_ip_komputer_sasaran.kalau bingung bisa begini : “KaHT Ip1 ip2″ip1 : ip awal yang discanip2 : ip terahkir yang discan Misalnya tadi ip-nya 192.168.0.1 setelah di detect pakek Internet Maniactadi itu lho.Maka ketikkan saja “KaHT 192.168.0.0 192.168.0.1″ lalu enter ajaNah disini nanti program akan bekerja otomatis.Setelah selesai menscan jika nanti port 135 ternyata dalam keadaan open makaanda akan otomatis di computer tujuan / sasaran, untuk lebih persisnya andaakan berada di “c:\windows\system” milik komputer tujuan / sasaran setelahpen-scan-an selesai.Anda bisa bebas di computer sasaran, mau edit atau di delete pun bisa, heheNah kalo udah begini kita bisa berkreasi :Pingin biaya warnet kita lebih murah ? gampang masuk aja di billing server,ketik Time, ganti aja waktunya, tapi jangan banyak-banyak apalagi minusnanti ketahuan ama operator warnetnya, hehe.Memata-matai anak yang sedang chatting pakek MiRC di satu warnet / kampus /kantor / lainnya, cari program MiRC yang digunakan dalam computer tersebut,biasanya seh di C:\Program Files\MiRC, buka file MiRC.INI, lalu Log IRC diOn kan saja dan kalo mau lihat isi chattingan teman kita itu cukup lewat“/logs” maksudnya kalau tadi di C:\program Files\MiRC program MiRCnya makacukup masuk aja di C:\Program Files\MiRC\Logs nanti disitu ada file-file loghasil chattingan dia walaupun dia sedang online tetep aja terekam, hehe,kalo mau mastiin dia makek nick apa, gampang banget bisa jalanin aja MiRCnyaatau periksa di MiRC.INI, gampangkan.Apalagi nih, Bikin computer itu rusak, lebih baik jangan, tapi sebenere bisalho, delete aja file-file systemnya, hehe.Diatas cuman kreasi dikit aja, loe bisa aja memanfaatkannya jauh lebihbermanfaat dari pada diatasTujuan dari tutorial ini untuk anda yang sering menggunakan komputer denganWindows 2000 dan XP dijaringan agar lebih waspada terhadap berbagai tindakanusil dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab..5.Membuat akses administrator Windows untuk kita lewat komputer lainKita ingin membuat administrator Windows XP/2000 di komputer lain melaluiLAN ? sangat mudah, caranya masuklah ke komputer tujuan dengan program kahtyang sudah diajarkan diatas, lalu kita akan mencoba beberapa trik.Melihat akses guest dan administrator di WindowsKetik : net userMelihat aktif tidaknya guest di WindowsKetik : net user guestMembuat akses guest menjadi Administrator dengan perintah :Ketik : net localgroup Administrators Guest /addMembuat akses adminstrator sendiri :1. Ketik : net user /add2. Ketik : net localgroup Administrators /addMenghapus akses administratorKetik : net localgroup Users /deleteCatatan:*Segala kesalahan error / kerusakan pada komputer dan semacamnya adalahtanggung jawab anda !*Semua yang anda pelajari dan anda lakukan adalah sepenuhnya tanggung jawabanda tanpa kecuali.*Saya tidak mengajarkan anda untuk merusak ! hanya sebatas pengetahuan.
Download internetmaniac
Download kaht.exe
NB : kaht.exe dalam bentuk zip, apabila ingin meng ekstrak antivirus harap dimatikan karena file kaht.exe dianggap virus oleh anti virus. Begitu juga saat menggunakannya anti virus terlebih dahulu dimatikan.
fajar andi setyawan
i'm not perfect...but here's i'm is the existence....!!!!!
Senin, Agustus 30, 2010
Senin, Agustus 23, 2010
post partum
A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ? 6 minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
• Uterus
• Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
- Lochea
• Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
• Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
- Perineum
• Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
• Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
VI. PANGGUL SEMPIT
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1. Kesempitan pintu atas panggul
2. kesempitan bidang bawah panggul
3. kesempitan pintu bawah panggul
4. kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
? Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
d. Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
4. kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
? Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
1. Pengaruh pada kehamilan
- Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
- Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
- Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
- Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
- Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
2. Pengaruh pada persalinan
- Persalinan lebih lama dari biasa.
a. Karena gangguan pembukaan
b. Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
- Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a. Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
b. Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
c. Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
- Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
- Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.
Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
- Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
- Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
- Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3. Pengaruh pada anak
- Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
- Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
- Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
? Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
1. Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2. Pada primipara ada perut menggantung
3. pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4. kelainan letak pada hamil tua
5. kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)
6. osborn positip
? Prognosa
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor
- Bentuk panggul
- Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
- Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
- Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
- Presentasi dan posisi kepala
- His
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm.
Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.
Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
1. Riwayat persalinan yang lampau
2. besarnya presentasi dan posisi anak
3. pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa
4. his
5. lancarnya pembukaan
6. infeksi intra partum
7. bentuk panggul dan derajat kesempitan
karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.
? Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
1. – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
- Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
- Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
2. – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
- Forcepe gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :
1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2. test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.
Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.
Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2. kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut
? kesempitan bidang tengah panggul
bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :
1. Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm
2. diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm
dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
2. diameter antara spina < 9 cm
ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
- Spinae ischiadicae sangat menonjol
- Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang
? Prognosa
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.
? Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
? Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1. Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2. diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang
kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.
VII. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
2. integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
3. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
5. Keamanan
? Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
? Adanya defisiensi imun
? Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
? Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
? Riwayat penyakit hepatic
? Riwayat tranfusi darah
? Tanda munculnya proses infeksi
VIII. Pathways
IX. Proritas Keperawatan
? Mengurangi ansietas dan trauma emosional
? Menyediakan keamanan fisik
? Mencegah komplikasi
? Meredakan rasa sakit
? Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
? Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
X. Diagnosa Keperawatan
? Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
? Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
? Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
? Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XI. Intervensi
DP Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan tubuh untuk penyembuhan luka,penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil :
- Tidak menunjukkan traumatik pada saat membicarakan pembedahan
- Tidak tampak gelisah
- Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama
- Pasien merasa tenang
Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi
- Albumin dalam keadaan normal
- Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam
Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan kriteria :
- Pasien tidak mengeluh nyeri / mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang
Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi
- Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman
- Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Berikan penkes untuk menjaga daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
- lakukan pengkajian nyeri
- lakukan managemen nyeri
- monitoring keadaan insisi luka post operasi
- ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali
- kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi, kulit, kuku, rambut, rongga mulut
- tekankan pentingnya trasnsisi pada pemberian makan per oral dengan tepat
- beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi
- Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
- Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daua tubuh yang optimal
- Dengan adanya partisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud
- Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
- Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
- Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
- Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus
- Memberi kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari norma/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi
- Trasnsisi pemberian makan oral lebih disukai
- Pasien perlu bantuan untuk menghadapi masalah anoreksia, kelelahan, kelemahan otot
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ? 6 minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
• Uterus
• Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
- Lochea
• Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
• Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
- Perineum
• Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
• Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
VI. PANGGUL SEMPIT
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1. Kesempitan pintu atas panggul
2. kesempitan bidang bawah panggul
3. kesempitan pintu bawah panggul
4. kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
? Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
d. Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
4. kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
? Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
1. Pengaruh pada kehamilan
- Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
- Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
- Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
- Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
- Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
2. Pengaruh pada persalinan
- Persalinan lebih lama dari biasa.
a. Karena gangguan pembukaan
b. Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
- Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a. Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
b. Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
c. Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
- Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
- Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.
Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
- Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
- Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
- Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3. Pengaruh pada anak
- Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
- Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
- Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
? Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
1. Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2. Pada primipara ada perut menggantung
3. pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4. kelainan letak pada hamil tua
5. kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)
6. osborn positip
? Prognosa
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor
- Bentuk panggul
- Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
- Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
- Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
- Presentasi dan posisi kepala
- His
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm.
Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.
Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
1. Riwayat persalinan yang lampau
2. besarnya presentasi dan posisi anak
3. pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa
4. his
5. lancarnya pembukaan
6. infeksi intra partum
7. bentuk panggul dan derajat kesempitan
karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.
? Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
1. – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
- Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
- Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
2. – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
- Forcepe gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :
1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2. test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.
Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.
Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2. kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut
? kesempitan bidang tengah panggul
bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :
1. Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm
2. diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm
dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
2. diameter antara spina < 9 cm
ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
- Spinae ischiadicae sangat menonjol
- Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang
? Prognosa
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.
? Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
? Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1. Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2. diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang
kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.
VII. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
2. integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
3. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
5. Keamanan
? Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
? Adanya defisiensi imun
? Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
? Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
? Riwayat penyakit hepatic
? Riwayat tranfusi darah
? Tanda munculnya proses infeksi
VIII. Pathways
IX. Proritas Keperawatan
? Mengurangi ansietas dan trauma emosional
? Menyediakan keamanan fisik
? Mencegah komplikasi
? Meredakan rasa sakit
? Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
? Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
X. Diagnosa Keperawatan
? Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
? Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
? Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
? Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XI. Intervensi
DP Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan tubuh untuk penyembuhan luka,penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil :
- Tidak menunjukkan traumatik pada saat membicarakan pembedahan
- Tidak tampak gelisah
- Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama
- Pasien merasa tenang
Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi
- Albumin dalam keadaan normal
- Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam
Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan kriteria :
- Pasien tidak mengeluh nyeri / mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang
Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi
- Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman
- Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Berikan penkes untuk menjaga daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
- lakukan pengkajian nyeri
- lakukan managemen nyeri
- monitoring keadaan insisi luka post operasi
- ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali
- kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi, kulit, kuku, rambut, rongga mulut
- tekankan pentingnya trasnsisi pada pemberian makan per oral dengan tepat
- beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi
- Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
- Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daua tubuh yang optimal
- Dengan adanya partisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud
- Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
- Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
- Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
- Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus
- Memberi kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari norma/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi
- Trasnsisi pemberian makan oral lebih disukai
- Pasien perlu bantuan untuk menghadapi masalah anoreksia, kelelahan, kelemahan otot
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Askep SC
I. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea
1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
? SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
? Mengeluarkan janin dengan cepat
? Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
? Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
? Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
? Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
? SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
? Penjahitan luka lebih mudah
? Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
? Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
? Perdarahan tidak begitu banyak
? Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
? Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
? Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
? Fetal distress
? His lemah / melemah
? Janin dalam posisi sungsang atau melintang
? Bayi besar ( BBL ? 4,2 kg )
? Plasenta previa
? Kalainan letak
? Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
? Rupture uteri mengancam
? Hydrocephalus
? Primi muda atau tua
? Partus dengan komplikasi
? Panggul sempit
? Problema plasenta
IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea
1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
? SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
? Mengeluarkan janin dengan cepat
? Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
? Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
? Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
? Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
? SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
? Penjahitan luka lebih mudah
? Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
? Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
? Perdarahan tidak begitu banyak
? Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
? Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
? Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
? Fetal distress
? His lemah / melemah
? Janin dalam posisi sungsang atau melintang
? Bayi besar ( BBL ? 4,2 kg )
? Plasenta previa
? Kalainan letak
? Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
? Rupture uteri mengancam
? Hydrocephalus
? Primi muda atau tua
? Partus dengan komplikasi
? Panggul sempit
? Problema plasenta
IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
Empimea
Konsep Dasar Empiema
A, Pengertian
Empiema adalah pengumpulan cairan purulen(pus) dalam kavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah, tetepi seringkali cairan ini berkembang ke tahap fibro purulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dan membrane eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleural. Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema dapat saja terjadi jika pengobatan terlambat.
B. Patogenesis
Hampir selalu penyebab empiema adalah infeksi paru, kecuali adalah empiema paska trauma atau selulitis di dekat pleura.
Oleh karena infeksi Pneumonia terjadi sumbatan bronkioli atau alveoli, keadaan ii menyebabkan akan mengganggu pengembangan paru atau faal pernafasan, dengn empiema akan bertambah lagi gangguan pernafasan karena pendorongan paru atau mediastinum. Infeksi oleh sebab apapun akan mengganggu penyerapan cairan pleura, dan cairan ini menjadi lebih baik lagi untuk pertumbuhan kuman.
Perkembangan keadaan Empiema dibagi dalam 4 fase :
1. Fase Eksudat.Pada keadaan ini cairan di pleura biasanya jernih, meskipun viskositas cairan lebih tinggi daripada cairan transudat.Biasanya fase ini akan berlangsung denga cepat, dalam beberapa jam sampai beberapa hari saja.
2. Fase Fibro Purulen. Setelah dilewati fase eksudat akan masuk ke fase fibro purulen. Pada keadaan ini pus yang didapat adalah kental dan di dalamnya terdapat fibrin-fibrin yang menyulitkan untuk mengeluarkan pus dengan pungsi atau dengan WSD. Adanya fibri dapat juga menyebabkanlokulasi empiema. Biasanya Fase ini juga berjalan hanya beberapa hari saja.
3. Fase Organisasi. Setelah dilewati fase fibrino purulen, masuk pada fase organisasi. Pada fase ini tidak berarti empiema sudah baik karena orgnisasipus menyebabkan pus akan bersepta-septa atau lokulasi. Keadaan ini akan menyebabkan penyembuhan lebih sulit. Dengan adanya organisasi juga menyebabkan penebalan pleura visceralis yang akan menyebabkan hambatan pengembangan paru.
C. Patofisiologi
Oleh karena infeksi paru terjadi penyempitan atau tertutupnya bronkioli dan alveoli.keadaan ini akan menyebabkan gangguan pengembangan paru dan respirasi.pada empiema akut sekat mediastinum masih dapat bergerak ke kiri dankekanan.Bila ada tekanan positif dari salah satu rongga dada akan meyebabkan sekat mediastinum ini bergeser kesisi yang sehat.Bila oleh karena empiema atau oleh udara baik oleh fistel atau oleh istrogenik akan menyebabkan gangguan kebih besar lagi.Radang dipleura akan durasakan penderita sebagai rasa sakit.Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis di jaringan paru bawah pleura akan menyebabkan gangguan faal respirasi.
D.Manifestasi klinis
Pasien mengalami demam,berkeringat malam,nyeri pleural,dipsnea,anoreksia,dan penurunan berat badan.Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya bunyi napas dan terdapat bunyi datar pada saat perkusi dada, juga penurunan fremitus(vibrasi local terdeteksi saat palpasi).Jika pasien telah mendapat terapi anti mikroba,manifestasi klinis dapat berubah.Diadnosis ditegakkan dengan hasil rontgen dada dan torasentesis.
E.Pemeriksaan Diagnostik
1.Rontgen dada
2.Torasentesis
3.Sinar x.Mengidentifikasi distribusi stuktural,menyatakan abses luas/infiltrate,empiema(strafilokokus).infiltrat menyebar atau terlokalisasi(bacterial).
4.GDA /nadi oksimetri.Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada
5.Tes fungsi paru.Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.
6.Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus pneumonia,strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,haemophilus influenza:CMV.Catatan: kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
7.EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi program latihan.
F. Penatalaksanaan Medis.
Tujuan pengobatan ini adalah untuk mengalirka cairan dalam kavitas pleura dan untuk mencapai ekspansi paru sempurna. Cairan dilirkan dan diresepkan antibiotic yang sesuai dengan organisme penyebab. Antibiotik dalam dosis yang besar biasanya diberikn streptokinase dapat juga dimasukkn kedalam ruang untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Ada 3 dasar atau prinsip pengobatan paru :
1. Pengeluaran pus seluruhnya, sehingga
2. Paru dapat mengembang sampai pleura parietalis menempel dengan pleura visceralis atau dengan kata lain oblitrasi ronnga empiema
3. Memberantas infeksi dengan antibiotic.
Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilkukan dengan :
• Aspirasi jarum atau torasintesis dengan kateter perkutan yang kecil, jika caitn tidak terlalu banyak.
• Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water-seal.
• Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan, pus dan debris serta untuk mengangkat jaringan paru yang sakit di bawahnya.
Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi diatas paru dan menggangu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi)
BAB II
Asuhan Keperawatan pada Pasien
Dengan Empiema
A. Pengkajian
1.Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemhan umum/ kehilangan massa otot, takikardia, dispnea, nyeri.
2. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan Faktor resiko, perubahan pola hidup, ketakutan
Tanda : ansietas, peka rangsan, gelisah, wajah tegang, peningkatan keringat
3. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, kehilangan nafsu makan
Tanda : Turgor kulit buruk,kering, kehilangan tonus, berkeringat
4. Hiegien
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
5. Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum stiap hari, dispnea
Tanda : Takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri, perkusi pekak,penurunan fremits, bunyi nafas menurun/ tak ada secara bilateral atau uni lateral
6. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau factor-faktor lingkungan adanya/ berulangnya infeksi.
7. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/ orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ memoertahankan suara karena distress pernafasan, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kegagalan untuk membaik
Pertimbangan Rencana Pemulangan : Perubahan pengobatn/program terapeutik, bantuan perawatan diri, pengaturan rumah/memelihara.
2. Pemeriksaan Fisik
• Dispnea berat, napas pendek
• Diaforesis
• Ketidaknormalan irama,frekuensi dan kedalaman napas
• Warna kulit tidak normal, misalnya pucat dan kehitaman
• Bunyi napas tak normal, misalnya mengi ronkhi
• Batuk menetap dengan / tanpa produksi sputum
• Nyeri dada
• Kehilangan massa, tonus otot buruk
• Menangis, cemas
• Mual, muntah
• Batuk berlebihan
• Lemah, letih, lelah
• Ansietas
• Somnolen
• Takipnea
B. Diagnosa Keperawatan
1. DP 1
Gangguan Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Batasan Karakteristik
Subjektif : dispnea, sakit kepala pada saat bangun, gangguan penglihtan.
Objektif : gas darah arteri tidak normal, pH arteri tidak normal, ketidak normalan frekuensi, irama dan kedalaman nafas, warna kulit tidak normal, misalnya pucat dan kehitaman, konfusi, sianosis(hanya pada neonatus), CO2 menurun, diaforesis, hiperkapnia,hiperkardia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, cuping hidung mengembang, gelisah, somnolen, takikardia
Tujuan / Hasil
Status pernapasan : pertukaran gas : CO2 atau O2 di alveolar ub\ntuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri dan bebas gejala distress pernafasan
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar dari paru-paru
Kriteria Evaluasi
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang membuktikn dengan status pernapasan : pertukaran gs dan status pernapasan : ventilasi tidak bermasalah
Status pernapsan : pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator gangguan sbb :
Status neurologist dalam rentang yang diharapkan, dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada, gelisah,sionosi dan keletihan tidak ada,Pao2,Paco2,PH arteri,dan saturasi o2 dalam batas normal,end tidal Co2 dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi Rasional
Mandiri
1.Kaji frekuensi,kedalaman .pernapasan,catat penggunaan otot aksesori,napas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.
2.Tinggikan kepala tempat tidur,Bantu pasien untuk memilih posisi yang dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan /toleransi individu.
4. Kaji/awasi secara rutin kualitas warna membrane mukosa
5. Auskultasi bunyi napas ,catat area penurunan aliran udara dan/bunyi tambahan.
6. Awasi tinkat kesadaran selidiki adanya perubahan
7. Awasi tanda vital
Kolaborasi
7.Awasi/gambarkan seri GDA dan
nadi oksimetri
8.Berikan oksigan tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
9.Bantu intubasi,berikan/pertahankan ventilasi mekanik,atau narkotik dengan hati-hati. 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2.Pengiriman oksigen.
A, Pengertian
Empiema adalah pengumpulan cairan purulen(pus) dalam kavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah, tetepi seringkali cairan ini berkembang ke tahap fibro purulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dan membrane eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleural. Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema dapat saja terjadi jika pengobatan terlambat.
B. Patogenesis
Hampir selalu penyebab empiema adalah infeksi paru, kecuali adalah empiema paska trauma atau selulitis di dekat pleura.
Oleh karena infeksi Pneumonia terjadi sumbatan bronkioli atau alveoli, keadaan ii menyebabkan akan mengganggu pengembangan paru atau faal pernafasan, dengn empiema akan bertambah lagi gangguan pernafasan karena pendorongan paru atau mediastinum. Infeksi oleh sebab apapun akan mengganggu penyerapan cairan pleura, dan cairan ini menjadi lebih baik lagi untuk pertumbuhan kuman.
Perkembangan keadaan Empiema dibagi dalam 4 fase :
1. Fase Eksudat.Pada keadaan ini cairan di pleura biasanya jernih, meskipun viskositas cairan lebih tinggi daripada cairan transudat.Biasanya fase ini akan berlangsung denga cepat, dalam beberapa jam sampai beberapa hari saja.
2. Fase Fibro Purulen. Setelah dilewati fase eksudat akan masuk ke fase fibro purulen. Pada keadaan ini pus yang didapat adalah kental dan di dalamnya terdapat fibrin-fibrin yang menyulitkan untuk mengeluarkan pus dengan pungsi atau dengan WSD. Adanya fibri dapat juga menyebabkanlokulasi empiema. Biasanya Fase ini juga berjalan hanya beberapa hari saja.
3. Fase Organisasi. Setelah dilewati fase fibrino purulen, masuk pada fase organisasi. Pada fase ini tidak berarti empiema sudah baik karena orgnisasipus menyebabkan pus akan bersepta-septa atau lokulasi. Keadaan ini akan menyebabkan penyembuhan lebih sulit. Dengan adanya organisasi juga menyebabkan penebalan pleura visceralis yang akan menyebabkan hambatan pengembangan paru.
C. Patofisiologi
Oleh karena infeksi paru terjadi penyempitan atau tertutupnya bronkioli dan alveoli.keadaan ini akan menyebabkan gangguan pengembangan paru dan respirasi.pada empiema akut sekat mediastinum masih dapat bergerak ke kiri dankekanan.Bila ada tekanan positif dari salah satu rongga dada akan meyebabkan sekat mediastinum ini bergeser kesisi yang sehat.Bila oleh karena empiema atau oleh udara baik oleh fistel atau oleh istrogenik akan menyebabkan gangguan kebih besar lagi.Radang dipleura akan durasakan penderita sebagai rasa sakit.Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis di jaringan paru bawah pleura akan menyebabkan gangguan faal respirasi.
D.Manifestasi klinis
Pasien mengalami demam,berkeringat malam,nyeri pleural,dipsnea,anoreksia,dan penurunan berat badan.Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya bunyi napas dan terdapat bunyi datar pada saat perkusi dada, juga penurunan fremitus(vibrasi local terdeteksi saat palpasi).Jika pasien telah mendapat terapi anti mikroba,manifestasi klinis dapat berubah.Diadnosis ditegakkan dengan hasil rontgen dada dan torasentesis.
E.Pemeriksaan Diagnostik
1.Rontgen dada
2.Torasentesis
3.Sinar x.Mengidentifikasi distribusi stuktural,menyatakan abses luas/infiltrate,empiema(strafilokokus).infiltrat menyebar atau terlokalisasi(bacterial).
4.GDA /nadi oksimetri.Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada
5.Tes fungsi paru.Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.
6.Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus pneumonia,strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,haemophilus influenza:CMV.Catatan: kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
7.EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi program latihan.
F. Penatalaksanaan Medis.
Tujuan pengobatan ini adalah untuk mengalirka cairan dalam kavitas pleura dan untuk mencapai ekspansi paru sempurna. Cairan dilirkan dan diresepkan antibiotic yang sesuai dengan organisme penyebab. Antibiotik dalam dosis yang besar biasanya diberikn streptokinase dapat juga dimasukkn kedalam ruang untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Ada 3 dasar atau prinsip pengobatan paru :
1. Pengeluaran pus seluruhnya, sehingga
2. Paru dapat mengembang sampai pleura parietalis menempel dengan pleura visceralis atau dengan kata lain oblitrasi ronnga empiema
3. Memberantas infeksi dengan antibiotic.
Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilkukan dengan :
• Aspirasi jarum atau torasintesis dengan kateter perkutan yang kecil, jika caitn tidak terlalu banyak.
• Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water-seal.
• Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan, pus dan debris serta untuk mengangkat jaringan paru yang sakit di bawahnya.
Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi diatas paru dan menggangu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi)
BAB II
Asuhan Keperawatan pada Pasien
Dengan Empiema
A. Pengkajian
1.Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemhan umum/ kehilangan massa otot, takikardia, dispnea, nyeri.
2. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan Faktor resiko, perubahan pola hidup, ketakutan
Tanda : ansietas, peka rangsan, gelisah, wajah tegang, peningkatan keringat
3. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, kehilangan nafsu makan
Tanda : Turgor kulit buruk,kering, kehilangan tonus, berkeringat
4. Hiegien
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
5. Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum stiap hari, dispnea
Tanda : Takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri, perkusi pekak,penurunan fremits, bunyi nafas menurun/ tak ada secara bilateral atau uni lateral
6. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau factor-faktor lingkungan adanya/ berulangnya infeksi.
7. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/ orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ memoertahankan suara karena distress pernafasan, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kegagalan untuk membaik
Pertimbangan Rencana Pemulangan : Perubahan pengobatn/program terapeutik, bantuan perawatan diri, pengaturan rumah/memelihara.
2. Pemeriksaan Fisik
• Dispnea berat, napas pendek
• Diaforesis
• Ketidaknormalan irama,frekuensi dan kedalaman napas
• Warna kulit tidak normal, misalnya pucat dan kehitaman
• Bunyi napas tak normal, misalnya mengi ronkhi
• Batuk menetap dengan / tanpa produksi sputum
• Nyeri dada
• Kehilangan massa, tonus otot buruk
• Menangis, cemas
• Mual, muntah
• Batuk berlebihan
• Lemah, letih, lelah
• Ansietas
• Somnolen
• Takipnea
B. Diagnosa Keperawatan
1. DP 1
Gangguan Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Batasan Karakteristik
Subjektif : dispnea, sakit kepala pada saat bangun, gangguan penglihtan.
Objektif : gas darah arteri tidak normal, pH arteri tidak normal, ketidak normalan frekuensi, irama dan kedalaman nafas, warna kulit tidak normal, misalnya pucat dan kehitaman, konfusi, sianosis(hanya pada neonatus), CO2 menurun, diaforesis, hiperkapnia,hiperkardia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, cuping hidung mengembang, gelisah, somnolen, takikardia
Tujuan / Hasil
Status pernapasan : pertukaran gas : CO2 atau O2 di alveolar ub\ntuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri dan bebas gejala distress pernafasan
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar dari paru-paru
Kriteria Evaluasi
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang membuktikn dengan status pernapasan : pertukaran gs dan status pernapasan : ventilasi tidak bermasalah
Status pernapsan : pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator gangguan sbb :
Status neurologist dalam rentang yang diharapkan, dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada, gelisah,sionosi dan keletihan tidak ada,Pao2,Paco2,PH arteri,dan saturasi o2 dalam batas normal,end tidal Co2 dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi Rasional
Mandiri
1.Kaji frekuensi,kedalaman .pernapasan,catat penggunaan otot aksesori,napas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.
2.Tinggikan kepala tempat tidur,Bantu pasien untuk memilih posisi yang dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan /toleransi individu.
4. Kaji/awasi secara rutin kualitas warna membrane mukosa
5. Auskultasi bunyi napas ,catat area penurunan aliran udara dan/bunyi tambahan.
6. Awasi tinkat kesadaran selidiki adanya perubahan
7. Awasi tanda vital
Kolaborasi
7.Awasi/gambarkan seri GDA dan
nadi oksimetri
8.Berikan oksigan tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
9.Bantu intubasi,berikan/pertahankan ventilasi mekanik,atau narkotik dengan hati-hati. 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2.Pengiriman oksigen.
efusi pleura
Konsep Dasar
1. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)
Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)
2. Agen Penyebab
a) Neoplasma seperti :
1) Neoplasma bronkhogenik
2) Neoplasma metastasik
b) Kardiovaskuler seperti :
1) Gagal jantung kongestif
2) Embolus pulmonar
3) Perikarditis
c) Penyakit pada abdomen
1) Pankreatitis
2) Asites
3) Abses
4) Sindrom melgs
d). Infeksi yang disebabkn bakteri seperti:
1) Virus
2) Jamur
3) Mikrobakterial
4) Parasit
e) Trauma
f). Lain-lain seperti:
1) Lupus erimatrosus sistemik
2) Reumathoid athritis
3) Sindrom nefrotik
4) Urema.
3. Patofisiologi
Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi inflamasi pada paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang berakibat pada permeabilitas kapiler meningkat, kemudian terjadi tekanan di interstisinal pleura, dan cairan masu ke intestinum. Terjadi akumulasi di jaringan pleura akibat adanya efusi.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada.
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
a. Batuk
b. Cegukan
c. Pernapasan cepat
d. Nyeri perut
5. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
a. Infeksi
b. Fibrosis paru
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :
a) Pemeriksaan fisik Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang.
b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan diagnostik berikut ini:
(1) Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan.
(2) CT Scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairandan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.
(3) USG dada4 USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
(4) Torakosentesis Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh dari torakosentesis.
(5) Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
(6) Analisa cairan pleura
(7) Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan sumber cairan yang terkumpul.
7. Penatalaksanaan
Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya.
Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (selang) dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini uga bias dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangatkental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan pembedahan (operatif) untuk memotong lapisan terluar dari pleura.
BAB II
Askep Efusi Pleura
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda:
1) Takikardia
2) Frekwensi tak teratur / disritmia
3) S3 dan S4 / irama jantung gallop
4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung. udara pada mediastinum.
5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi
c. Integritas ego Tanda : ketakutan / gelisah
d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk.
2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak spontan).
3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleura).
Tanda:
1) Berhati-hati pada area yang sakit
2) Prilaku distraksi
3) Mengkerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala:
1) Kesulitan bernapas, lapar napas
2) Batuk
3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru(empyema / efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor)
a) Pneumotorak spontan sebelumnya.
Tanda :
1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea
2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada, refreksi interkostal, ekspansi abdominalis kuat.
3) Bunyi napas menurun atau tidak ada.
4) Fremitus menurun
5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di atas
area yang terisi cairan.
6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area yang sakit)
7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.
8) Mental : ansietas, gelisah, bingung.
b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan.
h. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
Riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah intra torakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
7) Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea
Objektif
Rales
AGD menunjukkan hasil tidak normal
Perubahan gerakan dada
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria Evaluasi : :
Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihsn atau depresi pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan menungkat denagn aktivitas
4. Bantu respon setiap 8 jam jika mungkin
5. Dorong klien untuk melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif lima kali setiap jam
6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam
7. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi :
8. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
9. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.
10. Konsul ke bagian terapi pernapasan dan dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal napas terjadi diantara jadwal pengobatan. Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspanai paru, jiak klien dalam posisi duduk kemampuan ekspansi paru akan meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu
Membantu drainase postural, mencegah depresi jaringan paru/dada untuk Pernapasan
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah
Mengevaluasi kondisi yang mungkin dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan.
Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi.
Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dialirkan melalui masker oksigen, hal tsb seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Sesak napas (Dispnea), napas pendek
Objektif
Perubahan gerakan dada
Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
Penuruan ventilasi semenit
Ortopnea
Napas cuping hidung
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.
Kriteria Evaluasi : :
Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Identifikasi etiologi / faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, keluhan “ lapar udara ” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.
4. Awasi pasang-surutnya air penampung. Catat apakah perubahan menetap atau sementara.
5. Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang ekstra di tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau menggantung di bawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila perlu.
6. Catat karakter / jumlah selang dada.
7. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal.
8. Ajarkan napas dalam
9. Latih individu bernapas berlahan dan efektif
Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak.
2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain.
distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
kesulitan bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi komplikasi (misalnya rupture spontan dari bleb, terjadinya pneumotorak)
botol penampung bertindak sebagai manometer intra pleural ( ukuran tekanan intrapleural);sehingga fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan perbedaan tekananantara inspirasi dan ekspirasi.
posisi tak tepat ataupengumpulan bekuan / cairan pada selang mengubah tekanan negativyang diinginkan dan membuat evakuasi udara / cairan.
berguna dalammengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perdarahanyang memerlukan upaya intervensi.
mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.
Memungkinkan pernapasan terkontrol efektif
Meningkatkan pernapasan efektif
mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru.
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada.
Diagnosa Keperawatan 3
Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh nyeri pada saat bernapas
Objektif
Gerakan menghindari nyeri
Perubahan napsu makan
Suhu tubuh meningkat
kultur sputum positif.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam
2. Amati kultur sputum
3. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minim hangat, lingkungan yg tenang dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh lemah dan lesu
Objektif
Mengatakan anoreksia
makan kurang 40% dari yg seharusnya
penurunan berat badan.
.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan nyaman.
Intervensi Raionalisasi
Mandiri :
1. Pantau :
- persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
- timbang BB setiap hari
- Hasil pemeriksaan : protein total,
albumin dan osmalalitas.
2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan TKTP.
4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
Kolaborasi :
1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan
sasaran yg diharapkan.
Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.
Diagnosa Keperawatan 5
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Gelisah
Cemas
Takut
Marah
Menyesal
Dispnea
Objektif
Kontak mata yang buruk
Gelisah
Ketakutan
Gembira berlebihan
GemetarTujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan, meningkatkan rasa nyaman serta mengurangi dispnea.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jeladkan tujuan pengobatan pada pasien
2. Ajarkan tindakan yang dapat mengontrol dispnea
3. Kaji patologi masalah individu.
4. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
5. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
1. Identifikasi kemungkinan kambuh / komplikasi jangka panjang Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
Pengontrolan dispnea melalui pengontro;am seimbang, istirahat cukup dan aktivitas dapat ditoleransi
Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pe R
berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.ntingya Intervensi te
mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.
penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu klien sehat yang menderita pneumotorak spontan, insiden kambuh 10%-50%. Orang yang mempunyai episode spontan kedua beresiko tinggi untuk insiden ketiga.
Diagnosa Keperawatan 6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga
Melaporkan Keletihan atau kelemehan
Objektif
Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya
Kriteria Evaluasi :
-Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri
-Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis
-Menampilkan aktivita sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi
-Mengurangidispnea.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
2. Anjurkan program hemat energi
3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
4. Ajarkan teknik napas efektif
5. Pertahankan terapi oksigen tambahan
6. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas
7. Beri waktu istirahat yang cukup Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung
Mencegah penggunaan energi berlebihsn
Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaikidan meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan.
Diagnosa Keperawatan 7
Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Cemas, takut (mengatakan dampak trauma akibat penyakit tersebut atau cidera)
Nyeri pada daerah yang dipasang kateter
Objektif
Gelisah, tidak nyaman, ansietas,
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Tidak terjadi trauma
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi dampak atau akibat lebih lanjut akibat penyakit dan cidera yang dialami; adanya pengendalian resiko.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji dengan klien tujuan / fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan.
2. Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien.(kolaborasi)
3. Amankan sisi sambungan selang.
4. Beri bantalan pada sisi dengan kasa / plester.
5. Amankan unit drainase pada tempat tidur klien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah.
6. Berikan transportasi aman bila klien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik.
7. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya / karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan.
8. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang.
Kolaborasi :
9. Rujuk dengan dokter apabila terlihat gejala-gejala penting Memberikan informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.
mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri / ketidaknyamanan sehubungan dengan penarikan atau menggerakkan selang.
mencegah terlepasnya selang.
Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.
Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh / unit pecah.
Meningkatkan kontinuitas evakuasi optimalcairan / udara selama pemindahahan.
memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.
Menurunkan resiko obstruksi drainase / terlepas selang.
Menghindari terjadinya truma dan komplikasi.
BAB III
Kesimpulan
- Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)
- Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)
- Dimana konsep dasar terdiri dari : Definisi, Agen Penyebab, Patofisiologis, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan
- Dan Asuhan Keperawatan secara teoritis terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- Boughman, Diane C, (Alih Bahasa oleh Yasmin Asih) . 2000. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
- Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
- Tlerney Lawrence M.dkk. 2002. Diagnosa Dan Terapi Kedokteran. Jakarta “Salemba Medika
- Nursalam . 2001 . Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pearce, Evelyn C (2002). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.
- Tamsuri, Anas.2004. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
- Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
1. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)
Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)
2. Agen Penyebab
a) Neoplasma seperti :
1) Neoplasma bronkhogenik
2) Neoplasma metastasik
b) Kardiovaskuler seperti :
1) Gagal jantung kongestif
2) Embolus pulmonar
3) Perikarditis
c) Penyakit pada abdomen
1) Pankreatitis
2) Asites
3) Abses
4) Sindrom melgs
d). Infeksi yang disebabkn bakteri seperti:
1) Virus
2) Jamur
3) Mikrobakterial
4) Parasit
e) Trauma
f). Lain-lain seperti:
1) Lupus erimatrosus sistemik
2) Reumathoid athritis
3) Sindrom nefrotik
4) Urema.
3. Patofisiologi
Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi inflamasi pada paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang berakibat pada permeabilitas kapiler meningkat, kemudian terjadi tekanan di interstisinal pleura, dan cairan masu ke intestinum. Terjadi akumulasi di jaringan pleura akibat adanya efusi.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada.
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
a. Batuk
b. Cegukan
c. Pernapasan cepat
d. Nyeri perut
5. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
a. Infeksi
b. Fibrosis paru
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :
a) Pemeriksaan fisik Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang.
b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan diagnostik berikut ini:
(1) Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan.
(2) CT Scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairandan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.
(3) USG dada4 USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
(4) Torakosentesis Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh dari torakosentesis.
(5) Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
(6) Analisa cairan pleura
(7) Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan sumber cairan yang terkumpul.
7. Penatalaksanaan
Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya.
Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (selang) dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini uga bias dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangatkental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan pembedahan (operatif) untuk memotong lapisan terluar dari pleura.
BAB II
Askep Efusi Pleura
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda:
1) Takikardia
2) Frekwensi tak teratur / disritmia
3) S3 dan S4 / irama jantung gallop
4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung. udara pada mediastinum.
5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi
c. Integritas ego Tanda : ketakutan / gelisah
d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk.
2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak spontan).
3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleura).
Tanda:
1) Berhati-hati pada area yang sakit
2) Prilaku distraksi
3) Mengkerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala:
1) Kesulitan bernapas, lapar napas
2) Batuk
3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru(empyema / efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor)
a) Pneumotorak spontan sebelumnya.
Tanda :
1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea
2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada, refreksi interkostal, ekspansi abdominalis kuat.
3) Bunyi napas menurun atau tidak ada.
4) Fremitus menurun
5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di atas
area yang terisi cairan.
6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area yang sakit)
7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.
8) Mental : ansietas, gelisah, bingung.
b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan.
h. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
Riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah intra torakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
7) Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea
Objektif
Rales
AGD menunjukkan hasil tidak normal
Perubahan gerakan dada
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi
Kriteria Evaluasi : :
Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihsn atau depresi pernapasan yang optimal
2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari
3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan menungkat denagn aktivitas
4. Bantu respon setiap 8 jam jika mungkin
5. Dorong klien untuk melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif lima kali setiap jam
6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam
7. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat.
Kolaborasi :
8. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
9. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.
10. Konsul ke bagian terapi pernapasan dan dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal napas terjadi diantara jadwal pengobatan. Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan dan depresi
Meningkatkan kemampuan ekspanai paru, jiak klien dalam posisi duduk kemampuan ekspansi paru akan meningkat.
Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu
Membantu drainase postural, mencegah depresi jaringan paru/dada untuk Pernapasan
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah
Mengevaluasi kondisi yang mungkin dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan.
Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi.
Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.
Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dialirkan melalui masker oksigen, hal tsb seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Sesak napas (Dispnea), napas pendek
Objektif
Perubahan gerakan dada
Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
Penuruan ventilasi semenit
Ortopnea
Napas cuping hidung
Penurunan kapasitas vital
Fase ekspirasi yang lama
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.
Kriteria Evaluasi : :
Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Identifikasi etiologi / faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, keluhan “ lapar udara ” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.
4. Awasi pasang-surutnya air penampung. Catat apakah perubahan menetap atau sementara.
5. Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang ekstra di tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau menggantung di bawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila perlu.
6. Catat karakter / jumlah selang dada.
7. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal.
8. Ajarkan napas dalam
9. Latih individu bernapas berlahan dan efektif
Kolaborasi :
1. Kaji seri foto torak.
2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain.
distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
kesulitan bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi komplikasi (misalnya rupture spontan dari bleb, terjadinya pneumotorak)
botol penampung bertindak sebagai manometer intra pleural ( ukuran tekanan intrapleural);sehingga fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan perbedaan tekananantara inspirasi dan ekspirasi.
posisi tak tepat ataupengumpulan bekuan / cairan pada selang mengubah tekanan negativyang diinginkan dan membuat evakuasi udara / cairan.
berguna dalammengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perdarahanyang memerlukan upaya intervensi.
mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.
Memungkinkan pernapasan terkontrol efektif
Meningkatkan pernapasan efektif
mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru.
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada.
Diagnosa Keperawatan 3
Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh nyeri pada saat bernapas
Objektif
Gerakan menghindari nyeri
Perubahan napsu makan
Suhu tubuh meningkat
kultur sputum positif.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam
2. Amati kultur sputum
3. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minim hangat, lingkungan yg tenang dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.
4. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti :
- Mandi air hangat
- Kompres air hangat
- Selimut yg tidak terlalu tebal
- Tingkatkan masukan cairan
Kolaborasi :
1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengeluh lemah dan lesu
Objektif
Mengatakan anoreksia
makan kurang 40% dari yg seharusnya
penurunan berat badan.
.
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan nyaman.
Intervensi Raionalisasi
Mandiri :
1. Pantau :
- persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
- timbang BB setiap hari
- Hasil pemeriksaan : protein total,
albumin dan osmalalitas.
2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan TKTP.
4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
Kolaborasi :
1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan
sasaran yg diharapkan.
Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.
Diagnosa Keperawatan 5
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Gelisah
Cemas
Takut
Marah
Menyesal
Dispnea
Objektif
Kontak mata yang buruk
Gelisah
Ketakutan
Gembira berlebihan
GemetarTujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Evaluasi :
Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan, meningkatkan rasa nyaman serta mengurangi dispnea.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jeladkan tujuan pengobatan pada pasien
2. Ajarkan tindakan yang dapat mengontrol dispnea
3. Kaji patologi masalah individu.
4. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
5. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
1. Identifikasi kemungkinan kambuh / komplikasi jangka panjang Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
Pengontrolan dispnea melalui pengontro;am seimbang, istirahat cukup dan aktivitas dapat ditoleransi
Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pe R
berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.ntingya Intervensi te
mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.
penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu klien sehat yang menderita pneumotorak spontan, insiden kambuh 10%-50%. Orang yang mempunyai episode spontan kedua beresiko tinggi untuk insiden ketiga.
Diagnosa Keperawatan 6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga
Melaporkan Keletihan atau kelemehan
Objektif
Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya
Kriteria Evaluasi :
-Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri
-Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis
-Menampilkan aktivita sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi
-Mengurangidispnea.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
2. Anjurkan program hemat energi
3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
4. Ajarkan teknik napas efektif
5. Pertahankan terapi oksigen tambahan
6. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas
7. Beri waktu istirahat yang cukup Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung
Mencegah penggunaan energi berlebihsn
Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaikidan meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan.
Diagnosa Keperawatan 7
Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Cemas, takut (mengatakan dampak trauma akibat penyakit tersebut atau cidera)
Nyeri pada daerah yang dipasang kateter
Objektif
Gelisah, tidak nyaman, ansietas,
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Tidak terjadi trauma
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi dampak atau akibat lebih lanjut akibat penyakit dan cidera yang dialami; adanya pengendalian resiko.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Kaji dengan klien tujuan / fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan.
2. Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien.(kolaborasi)
3. Amankan sisi sambungan selang.
4. Beri bantalan pada sisi dengan kasa / plester.
5. Amankan unit drainase pada tempat tidur klien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah.
6. Berikan transportasi aman bila klien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik.
7. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya / karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan.
8. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang.
Kolaborasi :
9. Rujuk dengan dokter apabila terlihat gejala-gejala penting Memberikan informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.
mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri / ketidaknyamanan sehubungan dengan penarikan atau menggerakkan selang.
mencegah terlepasnya selang.
Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.
Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh / unit pecah.
Meningkatkan kontinuitas evakuasi optimalcairan / udara selama pemindahahan.
memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.
Menurunkan resiko obstruksi drainase / terlepas selang.
Menghindari terjadinya truma dan komplikasi.
BAB III
Kesimpulan
- Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)
- Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)
- Dimana konsep dasar terdiri dari : Definisi, Agen Penyebab, Patofisiologis, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan
- Dan Asuhan Keperawatan secara teoritis terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- Boughman, Diane C, (Alih Bahasa oleh Yasmin Asih) . 2000. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
- Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
- Tlerney Lawrence M.dkk. 2002. Diagnosa Dan Terapi Kedokteran. Jakarta “Salemba Medika
- Nursalam . 2001 . Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pearce, Evelyn C (2002). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.
- Tamsuri, Anas.2004. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
- Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.
Cor Pulmonale
KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, dinding thoraks maupun vaskuler paru. Karena itu untuk mendiagnosa CP maka harus disingkirkan adanya stenosis Mitral, Kelainan Jantung Bawaan atau Gagal Jantung Kiri yang juga menyebabkan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. CP dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B : 2003).
Ini adalah penyakit jantung karena peningkatan tekanan darah dalam pembuluh- pembuluh nadi paru. Penyakit jantung pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru- paru seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru- paru dengan sulit. (F. Knight, John : 1995)
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
3. ETIOLOGI
Etiologi dari CP secara garis besar dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
A. Penyakit Parenkim Paru, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (merupakan penyebab tersering CP kronis), Bronki Ektasis, Sistik Fibrosis, penyakit Paru Restriktif, Pneumokoniosis, Sarcoidosis.
B. Kelainan Dinding Thoraks dan otot pernapasan, Kiposkoliosis, Amiotrofik Lateral Sclerosis, Miastenia Gravis.
C. Sindroma Pickwikian dan Sleep Opnea.
D. Penyakit Vaskuler Paru, Emboli paru berulang atau emboli paru pasif, emboli paru yang masih pasif merupakan penyebab tersering dari CP akut sedangkat emboli paru berulang dapat menyebabkan CP Kronis, Hipertensi Pulmonal primer, Anemia sel sabit, Schistosomiosis, Skleroderma.
4. MANIFESTASI UMUM
Istilah ”cor pulmonale” menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan yang akhirnya menyebabkan gagal jantung karena penyakit paru dan hipoksia yang menyertai. Gambaran klinisnya tergantung pada penyakit primernya juga pengaruhnya terhadap jantung.
Cor pulmanale terutama disebabkan oleh penyakit paru obstruksi kronis. Penyebab lainnya yang jarang adalah pneumokoniosis, fibrosis paru, kifoskoliosis, hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang baik subklinis maupun klinis, sindrom Pickwickian, schitosomiasis, dan infiltrasi kapiler paru obliteratif atau infiltrasi limfatik dari metastase karsinoma.
Gejala- gejala pokok penyakit paru- paru muncul, termasuk batuk- batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan gagal jantung.
5. MANIFESTASI KLINIS
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan CP.
CP akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
CP dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
CP dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
CP dengan kelainan jantung kiri : sesak napas, ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea.
CP dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
Gejala predominan cor pulmonale yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda cor pulmonale misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
Sianosis
Kurang tanggap/ bingung
Mata menonjol
Berdasarkan stadium :
1. Stadium kompensata diagnosa agar sukar:
Batuk- batuk berdahak,
Sesak nafas waktu kerja,
Bunyi P2 mengeras (tanda tekanan sirkulasi kecil meninggi),
Pulsasi- pulsasi dio epigastrium (tanda hipertrofi ventrikel kanan)
2. Stadium dekompensata:
TVJ meninggi,
Desah sistole SI5 kanan (insufisiensi tricuspidal relatif)
Hepar membesar
Edema
Asites
6. PATOFISIOLOGI
Cor Pulmonal Acut
Pada emboli paru yang pasif terjadi obstruksi akut yang luas pada pembuluh darah paru. Akibatnya adalah :
o Tahanan Vaskuler paru meningkat
o Hipoksia akibat pertukaran gas di tengah kapiler – alveolar yang terganggu hipoksia tersebut akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri paru.
Tahanan vaskuler paru yang meningkat dan vasokontriksi menyebabkan tekanan pembukuh darah arteri paru meningkat (hipertensi pulmonal).
Hipertensi pulmonal yang terjadi secara akut tidak memberikan waktu yang cukup bagi ventrikel kanan untuk berkompensasi, sehingga terjadilah kegagalan jantung kanan akut. Gagal jantung kanan mulai terjadi jika tekanan arteri pulmonalis meningkat tiba-tiba melebihi 40-45 mmHg. Gagal jantung kanan akut ditandai dengan sesak napas kebal yang terjadi secara tiba-tiba, curah jantung menurun (low output state) sampai syok, JVP meningkat, liver yang membengkak dan nyeri, dan bising insufisiensi trikuspidalis.
Cor Pulmonal Kronis
Seperti yang telah disebutkan, PPOM adalah penyebab tersering CP kronis (lebih dari 50% kasus). Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed paru, hipoksia, dan hiperkapnia/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah yang meningkat ini pada akhirnya juga akan meningkatkan tekanan pembuluh darah arteri paru akan meningkat. Jadi adanya penurunan vaskuler bed, hiposia, dan hiperkapnia akan meningkatkan tekanan darah (arteri pulmonal), hal ini disebut hipertensi pulmonal. Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan dilatasi. Jiks mekanisme kompensasi ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.
7. KOMPLIKASI
a. Emfisema
b. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kiri
d. Hipertensi pulmonal primer
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN EKG
Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia ventrikuler dan atau supra ventrikuler. Poor progression of R pada sandapan prekordial merupakan tanda yang seringkali disalahartikan sebagai infark miokard lama.
EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P lancip. Gelombang S dalam tampak pada lead V6. deviasi aksis kekanan dan voltase rendah dapat tampak pada pasien dengan emfisema paru. Hipertrofi ventrikel kanan jarang kecuali pada ” hipertensi pulmonal primer”. EKG sering menunjukkan infark miokard. Gelombang Q dapat muncul pada lead II, III, dan aVF karena posisi ventrikel jantung., tetapi gelombang Q ini jarang dalam atau dangkal, seperti pada infark miokard. Aritmia supraventrikuler sering muncul tetapi non spesifik.
Adanya hipertfofi atrium, ventrikel kanan atau kedua- duanya.
PEMERIKSAAN FOTO THORAKS
Tanda yang serimg didapatkan adalah :
1. kelainan pada parenkim paru, pleura maupun dinding thorak tergantung penyakit dasarnya.
2. Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon gundul (pruned tree).
3. Pembesaran ventrikel kanan.
4. Pelebaran Vena Cava Superior.
5. Jika ada emphysema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada penderita CP pemeriksaan fungsi paru menunjukkan kelainan restriktif atau obstruksi berat (atau gabungan keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan adanya hipoksia dan atau hiperkapnia/asidosis respiratorik. Pada beberapa penderita CP AGDnya normal pada saat istirahat, tetapi pada saat istirahat, tetapi pada saat beraktifitas pemeriksaan AGDnya menunjukkan adanya hipoksiaberat disertai hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak napasnya adalah kelainan paru. Pada penderita CP dengan hipoksia yang bermakna (saturasi oksigen arterial 90%) seringkali menderita polisitemia.
Polisitemia (hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Saturasi oksigen kurang dari 85%; PCO2 dapat meningkat atau normal.
Faal paru menurun, yaitu:
F.V.C. berkurang (N = 5,80 L)
F. E. V1 berkurang (N = 4,32 L)
Analisa gas darah:
PO2 kurang dari 6o mmHg
PCO2 lebih besar dari 49 mmHg
pH darah rendah
Waktu sirkulasi stadium dekompensata akan memanjang
PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis CP. Tetapi pada penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya, seringkali sulit untuk mendapatkan gambar ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemeriksaan ekokardiografi dengan Doopler dan atau dengan Color Mapping dapat ditunjukkan adanya regurgitasi trikuspidalis dan katup pulmonal.
RONTGEN DADA
Radiografi dada menyingkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes fungsi paru biasanya dapat mengkonfirmasi penyakit paru yang mendasari. Ekokardiogram diharapkan menunjukkan ukuran dan fungsi ventrikel kiri normal tetapi ventrikel kanan dilatasi. Scan paru perfusi jarang memberikan manfaat, jika negatif dapat untuk menyingkirkan emboli paru, suatu penyebab cor pulmonale yang cukup sering. Angiografi pulmoner merupakan metode diagnosis yang paling spesifik untuk adanya emboli paru, tetapiu cara ini meningkatkan risiko jika dilakukan pada pasien dengan hipertensi pulmonal.
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi ditujukan pada proses- proses paru yang menyebabkan gagal jantung kanan. Pemberian oksigen, pembatasan garam dan cairan, dan diuretik tetap dilakukan; digitalis tidak diperlukan untuk gagal jantung kanan kecuali jika ada fibrilasi atrial.
Istirahat
Atasi infeksi saluran nafas
Memperbaiki ventilasi
Bronkodilator
Aspirasi sekret bronkus
O2 (1- 3 1/m)
Jika dekompensasi diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam. Pemberian digitalis harus berhti- hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya intoksikasi lebih besar.
Antibiotik sering diberikan, dan dalam keadaan terpaksa juga diberikan oksigen dengan alat pernafasan khusus supaya oksigen cukup didalam darah.
1. DEFINISI
Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, dinding thoraks maupun vaskuler paru. Karena itu untuk mendiagnosa CP maka harus disingkirkan adanya stenosis Mitral, Kelainan Jantung Bawaan atau Gagal Jantung Kiri yang juga menyebabkan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. CP dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B : 2003).
Ini adalah penyakit jantung karena peningkatan tekanan darah dalam pembuluh- pembuluh nadi paru. Penyakit jantung pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru- paru seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru- paru dengan sulit. (F. Knight, John : 1995)
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
3. ETIOLOGI
Etiologi dari CP secara garis besar dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
A. Penyakit Parenkim Paru, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (merupakan penyebab tersering CP kronis), Bronki Ektasis, Sistik Fibrosis, penyakit Paru Restriktif, Pneumokoniosis, Sarcoidosis.
B. Kelainan Dinding Thoraks dan otot pernapasan, Kiposkoliosis, Amiotrofik Lateral Sclerosis, Miastenia Gravis.
C. Sindroma Pickwikian dan Sleep Opnea.
D. Penyakit Vaskuler Paru, Emboli paru berulang atau emboli paru pasif, emboli paru yang masih pasif merupakan penyebab tersering dari CP akut sedangkat emboli paru berulang dapat menyebabkan CP Kronis, Hipertensi Pulmonal primer, Anemia sel sabit, Schistosomiosis, Skleroderma.
4. MANIFESTASI UMUM
Istilah ”cor pulmonale” menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan yang akhirnya menyebabkan gagal jantung karena penyakit paru dan hipoksia yang menyertai. Gambaran klinisnya tergantung pada penyakit primernya juga pengaruhnya terhadap jantung.
Cor pulmanale terutama disebabkan oleh penyakit paru obstruksi kronis. Penyebab lainnya yang jarang adalah pneumokoniosis, fibrosis paru, kifoskoliosis, hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang baik subklinis maupun klinis, sindrom Pickwickian, schitosomiasis, dan infiltrasi kapiler paru obliteratif atau infiltrasi limfatik dari metastase karsinoma.
Gejala- gejala pokok penyakit paru- paru muncul, termasuk batuk- batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan gagal jantung.
5. MANIFESTASI KLINIS
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan CP.
CP akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
CP dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
CP dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
CP dengan kelainan jantung kiri : sesak napas, ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea.
CP dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
Gejala predominan cor pulmonale yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda cor pulmonale misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
Sianosis
Kurang tanggap/ bingung
Mata menonjol
Berdasarkan stadium :
1. Stadium kompensata diagnosa agar sukar:
Batuk- batuk berdahak,
Sesak nafas waktu kerja,
Bunyi P2 mengeras (tanda tekanan sirkulasi kecil meninggi),
Pulsasi- pulsasi dio epigastrium (tanda hipertrofi ventrikel kanan)
2. Stadium dekompensata:
TVJ meninggi,
Desah sistole SI5 kanan (insufisiensi tricuspidal relatif)
Hepar membesar
Edema
Asites
6. PATOFISIOLOGI
Cor Pulmonal Acut
Pada emboli paru yang pasif terjadi obstruksi akut yang luas pada pembuluh darah paru. Akibatnya adalah :
o Tahanan Vaskuler paru meningkat
o Hipoksia akibat pertukaran gas di tengah kapiler – alveolar yang terganggu hipoksia tersebut akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri paru.
Tahanan vaskuler paru yang meningkat dan vasokontriksi menyebabkan tekanan pembukuh darah arteri paru meningkat (hipertensi pulmonal).
Hipertensi pulmonal yang terjadi secara akut tidak memberikan waktu yang cukup bagi ventrikel kanan untuk berkompensasi, sehingga terjadilah kegagalan jantung kanan akut. Gagal jantung kanan mulai terjadi jika tekanan arteri pulmonalis meningkat tiba-tiba melebihi 40-45 mmHg. Gagal jantung kanan akut ditandai dengan sesak napas kebal yang terjadi secara tiba-tiba, curah jantung menurun (low output state) sampai syok, JVP meningkat, liver yang membengkak dan nyeri, dan bising insufisiensi trikuspidalis.
Cor Pulmonal Kronis
Seperti yang telah disebutkan, PPOM adalah penyebab tersering CP kronis (lebih dari 50% kasus). Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed paru, hipoksia, dan hiperkapnia/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah yang meningkat ini pada akhirnya juga akan meningkatkan tekanan pembuluh darah arteri paru akan meningkat. Jadi adanya penurunan vaskuler bed, hiposia, dan hiperkapnia akan meningkatkan tekanan darah (arteri pulmonal), hal ini disebut hipertensi pulmonal. Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan dilatasi. Jiks mekanisme kompensasi ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.
7. KOMPLIKASI
a. Emfisema
b. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kiri
d. Hipertensi pulmonal primer
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN EKG
Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia ventrikuler dan atau supra ventrikuler. Poor progression of R pada sandapan prekordial merupakan tanda yang seringkali disalahartikan sebagai infark miokard lama.
EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P lancip. Gelombang S dalam tampak pada lead V6. deviasi aksis kekanan dan voltase rendah dapat tampak pada pasien dengan emfisema paru. Hipertrofi ventrikel kanan jarang kecuali pada ” hipertensi pulmonal primer”. EKG sering menunjukkan infark miokard. Gelombang Q dapat muncul pada lead II, III, dan aVF karena posisi ventrikel jantung., tetapi gelombang Q ini jarang dalam atau dangkal, seperti pada infark miokard. Aritmia supraventrikuler sering muncul tetapi non spesifik.
Adanya hipertfofi atrium, ventrikel kanan atau kedua- duanya.
PEMERIKSAAN FOTO THORAKS
Tanda yang serimg didapatkan adalah :
1. kelainan pada parenkim paru, pleura maupun dinding thorak tergantung penyakit dasarnya.
2. Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon gundul (pruned tree).
3. Pembesaran ventrikel kanan.
4. Pelebaran Vena Cava Superior.
5. Jika ada emphysema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada penderita CP pemeriksaan fungsi paru menunjukkan kelainan restriktif atau obstruksi berat (atau gabungan keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan adanya hipoksia dan atau hiperkapnia/asidosis respiratorik. Pada beberapa penderita CP AGDnya normal pada saat istirahat, tetapi pada saat istirahat, tetapi pada saat beraktifitas pemeriksaan AGDnya menunjukkan adanya hipoksiaberat disertai hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak napasnya adalah kelainan paru. Pada penderita CP dengan hipoksia yang bermakna (saturasi oksigen arterial 90%) seringkali menderita polisitemia.
Polisitemia (hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Saturasi oksigen kurang dari 85%; PCO2 dapat meningkat atau normal.
Faal paru menurun, yaitu:
F.V.C. berkurang (N = 5,80 L)
F. E. V1 berkurang (N = 4,32 L)
Analisa gas darah:
PO2 kurang dari 6o mmHg
PCO2 lebih besar dari 49 mmHg
pH darah rendah
Waktu sirkulasi stadium dekompensata akan memanjang
PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis CP. Tetapi pada penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya, seringkali sulit untuk mendapatkan gambar ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemeriksaan ekokardiografi dengan Doopler dan atau dengan Color Mapping dapat ditunjukkan adanya regurgitasi trikuspidalis dan katup pulmonal.
RONTGEN DADA
Radiografi dada menyingkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes fungsi paru biasanya dapat mengkonfirmasi penyakit paru yang mendasari. Ekokardiogram diharapkan menunjukkan ukuran dan fungsi ventrikel kiri normal tetapi ventrikel kanan dilatasi. Scan paru perfusi jarang memberikan manfaat, jika negatif dapat untuk menyingkirkan emboli paru, suatu penyebab cor pulmonale yang cukup sering. Angiografi pulmoner merupakan metode diagnosis yang paling spesifik untuk adanya emboli paru, tetapiu cara ini meningkatkan risiko jika dilakukan pada pasien dengan hipertensi pulmonal.
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi ditujukan pada proses- proses paru yang menyebabkan gagal jantung kanan. Pemberian oksigen, pembatasan garam dan cairan, dan diuretik tetap dilakukan; digitalis tidak diperlukan untuk gagal jantung kanan kecuali jika ada fibrilasi atrial.
Istirahat
Atasi infeksi saluran nafas
Memperbaiki ventilasi
Bronkodilator
Aspirasi sekret bronkus
O2 (1- 3 1/m)
Jika dekompensasi diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam. Pemberian digitalis harus berhti- hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya intoksikasi lebih besar.
Antibiotik sering diberikan, dan dalam keadaan terpaksa juga diberikan oksigen dengan alat pernafasan khusus supaya oksigen cukup didalam darah.
Jumat, Agustus 20, 2010
rahasia
NOKIA
*#06# :for IMEI
*#92702689# :All Manufacture (Warranty)
*#3370# :Enable EFR (To disable, Type it again. Phone Automatically Restart)
*#0000# :View Software version
*#7780# :Restore factory settings
*#67705646# :Clear LCD Display (Operator Logo)
*#2820# :Bluetooth device address
*#746025625# :SIM lock allowed statue
*#62209526# : Display the MAC address
#pw+1234567890+1# :Show if SIM restrictors.
*#4720# :half rate Codec activation (To disable, Type it again)
*#7370925538# :S-60 (Reset)
Default code is 12345
*#3925538# : Delete the contents and code of wallet
*#7328748263373738# :Reset Phone Code. Default code is 12345
Below are some reset codes for various Series 40, 60 and the new Series 80 Communicator series (Nokia 9300/9500):
Full Reset: (clears everything off the phone memory!! Be sure to back up your contacts!!): *#7370#, 12345 and then Yes.
Soft Reset: *#7780#, 12345 and then Yes. (Also works on Nokia S40 phones as a full reset)
*#335738#
*#delset#
This deletes the Email, GPRS, MMS settings that cannot be erased via phone options. (Newer Series 40 phones only i.e. 6230(b))
SAMSUNG
*#1234# :SW Version
*#2222# :HW Version
*#0842# :Vibrator Test
*#0289# :Buzzer Test
*#0228# :Battery Statue
*#0782# :RTC Display
*#0523# :LCD Contrast
*#0377# :NVM error Log
*#5646# :Logo set
*#0778# :SIM Service Table
*#0638# :SIM Network ID
*#0746# :SIM Info
*#076# : Production no
*#2576# :SIM errors
Lock Manager
*2767*2878# :EPROM Reset
*2767*3855# :Master Reset
*#2767*63342# :Media Reset
*2767*667# :MMS reset
*2767*927# :WAP Reset
If you’re Phone will not reset by using those code:
*2767*637#
*2767*688#
#*7337#
*#9998*3323#
*#9998*627837793#
*2767*7822573738#
unlock Code
Model: Samsung SGH-E715
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung SGH-M100
Type *#9998*627837793#. Then type *#9998*737#. Press >/ [] (Play Stop) until phone shows NCK/SPCK number. Press Exit. Type #0111*CODE# (Code is the last 8 digits of the NCK/SPCK)
Model: Samsung SGH-S105
Remove SIM Card. Enter *2767*7822573738# and after phone reboots, enter #0111*00000000#
Model: Samsung SGH-S307
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung SGH-X100
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung Universal
TEMPORARY UNLOCK:
Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. You will get a new menu. Select Malloc Fail.
In newer phones:
#*7337#
LG
2945*#01*# :Secret menu for LG
*#06# :IMEI (ALL)
*#07# :IMEI and SW (LG 510)
*8375# :Software version (LG B1200)
*6861# :Recount cheksum (LG B1200)
1945#*5101# :Simlock menu (LG B1200)
2945#*5101# :Simlock menu (LG 510W, 5200)
2945#*70001# :Simlock menu (LG 7020, 7010)
2947#* :Simlock menu (LG 500, 600)
LG-U81XX SPECIAL CODES
Code to read phone version :
- Phone without SIM
- Enter 277634#*# or 47328545454#
- Select ‘SW Ver.info’
Code to reset phone :
- Phone without SIM
- Enter 277634#*# or 47328545454#
- Select ‘Factory Reset’
Code to enter UNLOCK MENU :
- Phone wit SIM inside
- Enter 2945#*88110#
Test Menu 8330 : 637664#*#
Test Menu 8180 V10a : 49857465454#
Test Menu 8180 V11a : 492662464663#
Test Menu 8130-8138 : 47328545454#
Test Menu 8110-8120 : 277634#*#
__________________________________________________ _
Alcatel
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: * # 0 6 #
Net Monitor: 0 0 0 0 0 0 *
Bosch
IMEI Number: * # 0 6 #
Dafault Language: * # 0 0 0 0 #
Net Monitor: * # 3 2 6 2 2 5 5 * 8 3 7 8 #
Dancall
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: * # 9 9 9 9 #
SIMcard serial number: * # 9 9 9 4 #
Information about battery status: * # 9 9 9 0 #
Selftest (only Dancall HP2731): * # 9 9 9 7 #
Show version configuration: * # 9 9 9 8 #
Net Monitor: * # 9 9 9 3 #
Ericsson 6xx/7xx/8xx
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: > * < < * < * Default language: Enter to phone menu without SimCard – after Wrong PIN press NO: * * 0 4 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 # Information about SIMLOCK: < * * * < < * < * Default language: Enter to phone menu without SimCard – after Wrong PIN press NO: * * 0 4 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 # Information about SIMLOCK: < * * < Hagenuk (Duet) IMEI number: * # 0 6 # Software version check: # # 9 1 4 0 * 8 3 # 7 5 * 2 # Motorola IMEI number: * # 0 6 # Net Monitor ON: * * * 1 1 3 * 1 * [OK] Net Monitor OFF: * * * 1 1 3 * 1 * [OK] * – press this until box shown up Maxon *#9988# Tetris Play *#9900# Software Version *#9911# L1 Debug on/off *#9916# Text (scroll trough with up/down) *#9937# Discharging battery *#9958# Watch stop *#9959# Watch start *#9960# Contrast set Lock status *#9917# NOKIA 5110/5120/5130/5190/6110/6120/6130/6150/6190 IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 0 0 0 0 # Simlock info: * # 9 2 7 0 2 6 8 9 # Enhanced Full Rate: * 3 3 7 0 # [ # 3 3 7 0 # off] Half Rate: * 4 7 2 0 # Provider lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 1 Network lock status # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 2 Provider lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 3 SimCard lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 4 1234567890 – MasterCode which is generated from IMEI Nokia 3110 IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 0 0 0 0 # or * # 9 9 9 9 # or * # 3 1 1 0 # Simlock info: * # 9 2 7 0 2 6 8 9 # Philips IMEI number: * # 0 6 # Simlock info: * # 8 3 7 7 # Security code: * # 1 2 3 4 # (Fizz) or * # 7 4 8 9 # Samsung SGH600/2100DB IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 9 9 9 9 # albo * # 0 8 3 7 # Net Monitor: * # 0 3 2 4 # Chaning LCD contrast: * # 0 5 2 3 # Memory info: * # 0 3 7 7 # albo * # 0 2 4 6 # Reset memory (SIMLOCK`a removing!!!): * 2 7 6 7 * 3 8 5 5# Reset CUSTOM memory: * 2 7 6 7 * 2 8 7 8 # Battery state: * # 9 9 9 8 * 2 2 8 # Alarm beeper: * # 9 9 9 8 * 2 8 9 # Vibra test: * # 9 9 9 8 * 8 4 2 # Sagem IMEI number: * # 0 6 # Service Menu access: MENU 5 1 1 # Siemens C25/S25 IMEI number: * # 0 6 # Software version: put off sim card and enter: : * # 0 6 # and press LONG KEY Bunus screen: in phone booke: + 1 2 0 2 2 2 4 3 1 2 1 Net Monitor (S4 Power): Menu 9 8, left SoftKey, 7 6 8 4 6 6 6, Red phone, Menu 5 6 Sony IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 8 3 7 7 4 6 6 # Show list of product creator names (you must save this number in your Phone Book with “own phone no.” record): + 1 2 0 2 2 2 4 3 1 21 Samsung sph-n240, n400, a460, a500, Nam Set: ##Spc Test Mode: 47*869#1235 Debug Menu: ##33284,ok Service Menu: Menu+8+0 (#889) Reset (Life time, Clear Memory, etc): ##786,ok A-key: ##2539,ok Label Selection: ##3882,ok Label(Home, Work, etc) : **523,ok NGG Setting (Gateway, etc.): ##2769737,ok Vocoder: ##8626337,ok CAI Change: ##7738,ok Enable TTY: ##889,ok Samsung sch-411, 611, n105, a100, a300, a2000, Nam Set: 47*869#08#9 Nam Set: Menu+60 Test Mode: *759#813580 Test Mode: 5809540*45680 A-key: Menu+0, 25## External Audio: Menu+0, #### Debug Menu: Menu+8, 0415 or Spc Debug Menu: Menu+9, 0415 or Spc Brief NAM Programing: Menu+40,626 (not all version) LCD Contrast: Menu+45 (not all version) SIO Mode: Menu+49 SIO Mode: Menu+69 Samsung a300, a530, a610, a620, a660, a670, Nam Set: Menu, 6, * Service Menu: Menu, 9, * Test Mode: 47*68#13580 Samsung X, E, V, S-series (korean), e250, v420, s250, etc Nam Programming: Nam Set: 6548#0**4#6 Nam Set: 47*869#08#9 Nam Set: 74153697193 Test Mode: 5809540*45680 (88 – efs clear) Debug Menu: Menu(hold 2sec)+0, 6725 or 9720 or 1973 or 0415 Debug Menu: Menu+0(hold 2sec), 6725 or 9720 or 1973 or 0415 Samsung N356 (India version) Test Mode: Menu, 5, down arrow, * Test Mode: **00## (in some flashes) Samsung i700, etc Nam Programming: Nam Set: Go to start and select “PHONE” from the drop down menu, dial #83587 Samsung i300, 1. Tap on the Phone Icon with stylus 2. Press #907*9#0 ENTER LOCK should appear on screen 3. Enter OTKSL 4. SVC MENU will appear press 1 5. Enter 10 digit MIN and then press SAVE 6. Press SAVE again 7. Press 3 and then press SAVE 6 times 8. Enter the HOME SID and press SAVE once 9. Press END key twice TEST MODE COMMANDS n105_test_mode.txt a500_test_mode.txt a530_test_mode.txt KYOCERA Qualcomm qcp-800 Nam Pogramming: Nam Set: Menu+3+0+Spc Field Test: Menu+7+0+Fsc Kyocera 1135, 2255, 3035, 5135, 6035, Se47, Nam Set: 111111+Jog Dial(Ok), Select “Programming”+Spc CAI Change: ##7738,ok Enable TTY: ##889,ok Life Timer, PRL, etc: ##786,ok A-key: ##2539,ok A-key: 2539,ok SANYO Sanyo 4900, 5150, 5300, 8100, etc Nam Programming: Nam Set: ##Spc+Ok+Key Down+Ok Advanced Setup: ##3282+Ok+Key Down+Ok+Msl A-key: ##2539+Ok+Key Down+Ok Version: ##**837+Ok+Key Down+Ok Debug Menu: ##FSC+Ok+Key Down+Ok Airtime menu: ##8463+Ok+Key Down+Ok Change CAI: ##7738+Ok+Key Down+Ok Vocoder: ##8626337+Ok+Key Down+Ok Reverse Logistic: ##786+Ok+Key Down+Ok Set IP Address: ##2769737+Ok+Key Down+Ok TTY On/Off: ##889+Ok+Key Down+Ok Ready Link: ##4636+Ok+Key Down+Ok Browser Init On/Off: ##4682+Ok+Key Down+Ok Picture Token: ##25327+Ok+Key Down+Ok Unknown Code: ##5282277+Ok+Key Down+Ok (SPC=000000, FSC=040793) Sanyo scp-A011, smp-A017, etc Nam Programming: Nam Set: F9(3 beep) + 0*72696#767 NOKIA Nokia 3280, 3285, 3580, 3585, 5185, 6185, 8280, etc Nam Set: *3001#12345# Software Version: *#837# Software Version: *#9999# Esn Number: *#92772689# Restart Phone: *#75681# Restart Phone: *#75682# Nokia 8887 Nam Set: *3001#12345# Version: *#0000# Evrc: *#8378# Esn/Data/Timer: *#92772689# SID: *#743# Nokia 8587 Nam Set: *#626#7764726# A-Key: #8159357022#4579# (26 digits) A-Key: #8159357022#4547# (20 digits) Version: *#0000# Version: *#837# Vocoder: *#3872# Change language: Menu 5, 3, 1 Change DM mode: *#7678# debug Screen: *#8378# Debug: *#8380# Field Test Menu: *#83788# SPC Unlock, Factory Reset: Full Factory Reset: *#7370# Resets all settings including non-user changeable items (like SPC) NOKIA 51xx, 61xx, 71xx, 3285, 63xx, etc: 1) Turn on the phone. Press *3001#12345# 2) Scroll up to where it says “Field Test” and choose SELECT 3) Highlight “Enable” and choose OK. Turn the phone off then back on. 4) If the test mode screen does not show up press MENU and scroll down to “Field Test” choose SELECT. Press 0 1 then choose OK. 5) Lower left or upper left number is the signal strength. 6) To turn off the test mode press MENU and scroll down to where it says “Field Test” choose SELECT. Press 0 0 and then choose OK. 3360, 6360: 1) Turn on the phone. Press *3001#12345# 2) Scroll up to where it says “Field Test” and choose SELECT 3) Highlight “Enable” and choose OK. Turn the phone off then back on. 4) If the test mode screen does not show up press MENU and scroll down to “Field Test” choose SELECT. Press 2 1 0 1 then choose OK. 5) Lower left or upper left number is the signal strength. 6) To turn off the test mode press MENU and scroll down to where it says “Field Test” choose SELECT. Press 2 1 0 0 and then choose OK. AUDIOX Audiovox 4000, 9000, 9100, 9155, 9500, etc Nam Programming: (Power the phone on and wait until the little light on top goes out) Nam Set: 289+fcn+#+1 Service menu: fcn+00+fsc(000000) Test Mode: Hold (2,*,Rcl)+Power Test Mode Commands: 99 – download – flash phone 124 – inam data write 125 – version 126 – esn read 127 – sec_code 128 – lock_code 129 – is WFTV data write 137 – FSC code 138 – NPcode (nam program code) 139 – dscode 141 – restart 218 – Read_Addr 000 – is cdma mode 001 – is fm mode 002 – is pcs mode 008 – is reg read addr 020 – is lna_range Audiovox pcx-3500xl Nam Set: ##2726+Send+1998+1+Spc+1 Audiovox cdm-100, 130, 135, 8300, 8500, 8600, Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Audiovox 8610, 8910, etc Nam programming: Name Set: ##847446, end, 111111 Audiovox-107 Nam Programming: Nam Set: 45680*47*869#1 Audiovox CMP-3 Nam Programming: Nam Set: 45680*47*869#1 Dm Mode: Menu, 6, 6 Audiovox 9950 Nam Programming: Nam Set: ##3282 Audiovox Z800 (Audiovox 7900, Sharp) Nam Programming: Nam Set: m + # + envelope key + * + 1 Audiovox Thera (Toshiba 2032) Nam Programming: Thera Nam Programming User Manual – nam_thera.pdf AUDIOVOX 9100, 9155: 1) Turn on the phone. As soon the phone comes on and the green light turns off press RIGHTARROW, 0, 0. The phone will ask for the “FSC Code”, press 000000 then choose OK and press RIGHTARROW, RIGHTARROW. Your phone is now in test mode. 2) The signal strength is the number on the top right hand side of the screen. 3) To turn off test mode shut of the phone and then turn it back on. MOTOROLA Motorola 7760, 7860, 2260, 8160, etc Nam Programming: Nam Set: Fcn,0000000000000, Rcl Nam Set: 74663#, Fcn, Fcn Test Mode: Fcn, 00**83786633, St Motorola v60c, v120c etc Nam Programming: Nam Set: 74663#, Menu, Menu, Spc Nam Set: Menu, 073887, * (type quickly) Test Mode: Menu, 073887*, Spc Debug Mode: ##33284 Force the phone into DIGITAL ONLY mode: 1) ##33284 (Debug) 2) RIGHT Softkey (Next) Twice 3) Down arrow 10 times to “PrefMod” 4) RIGHT Softkey (Change) until you see “DigOnly” 5) LEFT softkey (Exit) 6) MENU then LEFT Softkey return to idle screen 7) ##33284 (The last 4 will not display if you have done it correctly) Motorola t182, c210, : Nam Set: ##1111 end Nam Set: ##298645665 end Short Nam: ##073887 sto Motorola v710, v730, v740, ms150,: Nam Set: 8378*# + press 3 times NATE (spc – 071082) Test Mode: Menu, 073887*, Spc Service Menu: #758353266#646# Motorola StarTac 2004 Nam Set: 5759789*#, rec key (3)times (spc – 915037) Motorola ms200, ms230, etc Nam Programming: Nam Set: 5759789*# (spc – 915037) Motorola v6060 Nam Programming: Nam Set:147*369#456*0# MOTOROLA v60, c120, c331, etc: 1) Turn on the phone. Press MENU 0 7 3 8 8 7 * 2) The phone will require you to “Enter a Security Code”, press 000000, OK 3) Scroll down to “Test mode” choose SELECT. Scroll down to “Enable” choose SELECT. Your phone is now in test mode. 4) Signal strength is the 3_rd number down on the left hand side of the screen. 5) To toggle between regular mode and test mode: Press MODE then quickly press the BUTTON DIRECTLY TO THE LEFT OF MENU. 6) To turn off the test mode the phone must be in regular mode, then follow the above sequence and scroll down to where it says “DISABLE” instead of “ENABLE” and choose select. SK TELETEC Sky All Models Nam Programming: Nam Set: #7583538324#626# Nam Set: *759#364*7388464# Min simple mode: #758353266#646# Irm simple mode #758353266#476# Voice memo: #8767#277# Test Mode: #7583538324#8378# A-key: #758353266#2539# Service Menu: Menu+4+0+Spc Service Menu: Menu+5+0+Spc WITHUS / MODOTTEL Withus wce-100, 200, 300, etc Nam Programming: Nam Set: ##948487+Save Nam Set: ##948482+Save Nam Set: ##66835+Save SMS Settings: ##76766 NVM Rebuild: ##777464 HYUNDAI Hyundai hwp-110 : Nam Set: #86904**89397# DM Mode: ##2740* (Open phone, inter code, close phone) Hyundai hgc-120, 130, 200 Nam Programming: Nam Set: #86904**89397# Hyundai hgc-310, 600, 610 Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Code Field Test: ##20022002+Pwr+1+Master Code Hyundai Curitel h-100, 150, hx-510b, 520 Nam Programming: Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Code Field Test: ##20022002+Pwr+1+Master Code A-key: 2539** Debug Menu: ##27732726+Pwr Sar Test: ##27752345+Pwr Baud Rate: ##36**+Pwr DM Mode Enable: **1004+Pwr DS Mode Enable: **1005+Pwr Test Bell/Voice/Led/Dot: ##1122+Pwr RF Mode: ##2240+Pwr Ras Ram: ##2774+Pwr Cmux1: **0481+Pwr Cmux2: **0482+Pwr RX Mode Fax: **0492+Pwr RX Mode Data: **0491+Pwr RX Mode Reset: **0490+Pwr HUAWEI Huawei ETS-668, 678, 688, etc Nam Programming: Debug Mode: ##44+Menu Debug Screen: ##33+Menu CDG2 Test enable: ##234+Menu CDG2 Test disable: ##432+Menu China Lang Select: ##123+Menu Blocking Debug Code: ###888+Menu Home System Only On: ##461+Menu Home System Only Off: ##460+Menu ERICSSON Ericsson A1228c, T61, etc Nam Programming: Short NAM: 987+Menu Long NAM: 923885+Menu+Spc CDMA Mode: 904093+Menu Analog Mode: 904095+Menu QNC: 904097+Menu Debug Screen: 904090+Menu DM Mode: 904050+Menu Sony-Ericsson T608 : Nam Set: 923885, Joystick to the right, 111111 EPSILON / COMPAL Epsilon vc-5x : Nam Set: **147258963## Programming1: **1232580## Programming2: **321456987## Version: **1470963## Debug: **000000## Menu_1: **078987## Menu_2: **1234756## A-key: 2539** Reset: **14789## VK MOBILE VK-100C, 110C, 200C, etc Nam Programming: Nam Set: 15314753974159 Test Mode: 153147539123258 (88 – clear efs) Z510, Z710i(gcd-456) Nam Programming: Nam Set: Menu+0+Spc <>
AMC450 Nam Programming:
Nam Set: *74269#*748#96148063+SEL
GTRAN
Gtran gcp-2000 Nam Programming:
Nam Set: 01#737+Spc
Debug Menu: 01#324+Spc
Debug Mode: 01#727
Test Mode: 01#764+Spc
System Test Mode: 01#768+Spc
Gtran gcp-5000 Nam Programming:
Debug Mode: 01#727+Spc
Test Mode: 01#765
PANASONIC
1) Turn on the phone. Press #7764726# choose SEND
2) Scroll down to where it says “NAM 1″ and choose OK. Scroll down
to “Access To Level 4″ choose YES. Scroll down to “Built-In-Monitor”
and choose EDIT.
3) Press 1 and choose OK then choose BACK. The phone will say
“Back To Level 1″ choose YES. Now choose EXIT the phone will ask you
“Exit And Save Change” choose YES.
4 Signal strength is the top right number on the screen.
5) To turn off the test mode follow the above sequence except press 0
instead of 1 at the “Built-In-Monitor”
<>
Synertek S200 Nam Programming:
Nam Set: Menu+0+Spc
Debug Mode:
Test vibro/rx/tx: ##5555+Save
Debug Screen: ##33+Save
Debug Screen: ##523+Save
RF Test: ####+Save
Unknown code: ##325+Save
<>
Sony CM-M1300, 3300, Z200 Nam Programming:
Nam Set: 111111+Ok(Jog Dial)+Select+Programming+Ok+Spc
Samsung:
All type of phones (old modeles):
NAM programming: 47*869#08#9
Test mode: *759#813580 or 5809540*45680
exit test mode – 02
A-Key: menu + 0, code 25##
Samsung A500
1. Enter ## and the 6 digit OTKSL
2. SERVICE MENU will appear and 1.Basic will be highlighted
3. Press OK
4. Device will display NAM CDMA/ Phone Number
5. Enter 10 digit MIN
6. Press OK (3 times)
7. Display will return to Service Menu. Press END.
8. Programming is complete
Samsung N240 and N400
1. Enter ## and type in the 6 digit OTKSL
2. The display will show SVC MENU and 1. Phone Number
3. Press OK
4. Enter the 10 digit MIN and press OK
5. The display will show NAM with Home SID on the second line (Note:
SID is no longer used)
6. Press OK
7. The display will return to the SVC MENU
8. Press END to complete the programming
Samsung Uproar
1. Press MENU key
2. Enter 9 2 0
3. Enter the OTKSL
4. At SVC Menu screen press OK
5. Enter MIN and press OK 4 times
6. Enter SID (4654) and press OK
7. Press END key
8. Programming is complete
Samsung N300
1. Press ## followed by the OTKSL
2. SVC menu will be displayed
3. Press 1 for Phone #
4. Enter the 10 digit MIN and press OK
5. MIN that was entered will be displayed press OK
6. SVC Menu will display press 3 for NAM
7. Enter the 4 digit Home SID press OK
8. Press END and handset will power cycle
Samsung i300
1. Tap on the Phone Icon with stylus
2. Press #907*9#0 ENTER LOCK should appear on screen
3. ENTER OTKSL
4. SVC MENU will appear press 1
5. Enter 10 digit MIN and then press SAVE
6. Press SAVE again
7. Press 3 and then press SAVE 6 times
8. Enter the HOME SID and press SAVE once
9. Press END key twice
Samsung A400 and A460
1. Enter ## and OTKSL
2. Press 1 for Basic at MENU (1 of Phone # when using the MSL)
3. Enter 10 digit MIN and press OK
4. At 1.Basic Menu press the END key
5. Handset will power cycle
Samsung 3500 8500 6100 N200
1. Press MENU
2. Press 6 0 (3500) 8 2 0 (8500/6100/N200)
3. Enter OTKSL
4. Press 1 at SVC MENU Screen
5. Enter MIN and press OK
6. Press OK 4 times
7. Enter SID (4654) and press OK
8. Press END key
9. Programming is complete
Qualcomm:
QCP-800 programming: menu + 3 + 0.
SPC: “000000″ or may be other SPC typed by user.
QCP-820/1920/2035: type “111111″ and press Jog Dial.
Choose “Programming” and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
QCP 1960 and 2760
1. Press softkey under the work MENU
2. Press 8 0
3. Enter the OTKSL
4. Press softkey for OK
5. Enter MIN and press softkey for OK
6. No SID is require for this handset
7. Press softkey for EXIT
8. Programming is complete
LG:
LGC-300 programming: menu + 9 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user
A-Key: press STO for some time while you can see special code enter
zone. Type 2539** and enter A-key
LGC-330W programming: menu + 4 + 0 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LGC-800W /500 programming: menu + 0 and enter SPC: “000000″ or may
be other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LGC-510 programming: menu + 3 + 0 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LG1010 LG4NE1 TP2200 TP2100 Touchpoint SB/DB TP 1100 TP5200
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. Scroll to MIN and press OK
5. Enter 10 digit MIN scroll to SAVE and press OK
6. Scroll to SID and press OK (Skip on 4NE1 go to RESET PHONE and
press OK to complete)
7. Enter SID (4654) and scroll to SAVE and press OK
8. Programming is complete
LG5350
1. Enter ## and enter the OTKSL and press the left soft key under
the word “Save”
2. At the Service Program display select Mobile Phone # and press
the OK in the center of the 4 way navigation key
3. Enter the 10 digit MIN and press OK
4. Scroll down to 4. Advanced and press OK
5. Scroll to NMSI and press OK
6. Enter the MSID and press OK
7. Scroll down to 9. Amps Phone # and press OK
8. Enter the MSID and press OK
9. Press the END key
TP 2100
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Scroll to SAVE and press Roller Ball in for OK (ESN will display)
4. Select NEXT (by pressing in the roller ball)
5. Scroll to EDIT and press in the roller ball
6. Enter MIN
7. Scroll to SAVE and press roller ball in
8. Select NEXT at the next 3 screens and then EXIT
9. Programming is complete
TP3000
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. Open flip
5. Use Stylus to enter the 10 digit MIN
6. Press OK (No SID entry is required)
7. Programming is complete
TP 5250
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. The phone display will read SVC Program
5. Scroll to MOBILE PHONE # and press OK
6. Phone display will read Mobile Phone Number
7. Enter the 10 digit MIN and press OK
8. Scroll to Home SID and press OK
9. Enter the 4 digit SID (4654) and press OK
10. Reset Phone will be highlighted. Press OK
11. Phone will reset
12. Programming is complete
LG V111(DM110)
[menu]30.
After ask lockcode, enter: 843691.
Ericsson:
Programming:
Shot NAM 987 + menu
Long NAM 923885 + menu and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
CDMA mode 904093 + menu
Analog mode 904095 + menu DM mode 904959 + menu
Hyundai:
HGC-120E / -130E programming: #86904**89397#
HGC-600E programming: ##20022002, END and enter SPC: “000000″ or may
be other SPC typed by user.
Sony:
CM-M1300/3300/Z200 programming: type “111111″ and press Jog Dial.
Choose “Programming” and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
Sony CM-M1300
1. Power phone on
2. Enter six “1s” ( 111111 )
3. Press the jog dial in
4. Press the jog dial in again to select programming
5. Enter six “0s” for the service security code
6. Phone displays the ESN
7. Press the jog dial in for OK
8. Enter your ten digit cellular telephone number
9. Press the jog dial in for OK
10. Enter your cellular carrier’s system ID (SID) without the zeros
(Example: if your carrier’s system ID is 00035, enter just 35)
11. Press the jog dial in for OK
12. Enter a name for NAM 1 or just press the jog dial in for OK
13. Phone displays Basic NAM 1 Programming is complete
14. Press the jog dial in
15. Press the jog dial in again for EXIT
16. Phone powers itself off
17. Press the power button to power the phone back on
18. Basic programming is complete
Motorola:
StarTAC 7760/7860
Service menu: FCN+0+000000+000000+RCL
Test mode: FCN 00**83786633 STO
V60c programming:
Service menu: 74663 # [Menu] [Menu] (programming code)
Test mode: [Menu] 073887 * (security code = 000000)
Motorola Tarpon (120x)
1. Press 74663 (spells PHONE)
1. Press # MENU MENU quickly
2. Enter OTKSL
3. The work MIN will be highlighted
4. Select the word CHANGE by selecting the top right button
5. Select DELETE. Press and hold the button until clear
6. Have the customer enter the 10 digit MIN number
7. Select OK with the top right button. The “User Activation” screen
will appear
8. Scroll to highlight the CDMA Sys ID
9. Select CHANGE by selecting the top right button
10. Enter SID
11. Select OK by selecting the top right button
12. Select DONE with the top left button
13. Press the END key
14. Press # MENU MENU quickly
15. Enter OTKSL
16. The work MIN will be highlighted
17. Select the word CHANGE by selecting the top right button
18. Select DELETE. Press and hold the button until clear
19. Have the customer enter the 10 digit MIN number
20. Select OK with the top right button. The “User Activation”
screen will appear
21. Scroll to highlight the CDMA Sys ID
22. Select CHANGE by selecting the top right button
23. Enter SID
24. Select OK by selecting the top right button
25. Select DONE with the top left button
Press the END key
Motorola Phones (ALL)
1. Enter 74663 # FCN FCN
2. Enter OTKSL
3. Enter MIN and press STO
4. Enter SID (4654) and press STO
5. Press STO again – programming is complete
Note: on the Tarpon (120C) you will need to press the MENU key
instead of FCN.
Nokia:
5185/6185 programming: *3001#12345#
Software version: *#837# or *#VER# or *#9999#
Serial / ESN: *#92772689# or *#WARRANTY#
Phone reset: *#75681# or *#75682#
Nokia 6185-5170
1. Press *#639#
2. Enter OTKSL and press OK
3. Enter the MIN and select OK
4. Enter the SID and select OK
5. Programming is complete
Nokia 3585
1. Enter ## followed by the OTKSL
2. Number (MDN) is highlighted. Press the upper left-hand soft key
to select
3. Mobile Number will display. Enter the 10 digit MIN
4. Press OK
5. IMSI will appear. Press and hold the Clear key until the display
is empty.
6. Enter 31000 plus the MSID (15 digits total)
7. Press the upper left hand soft key and select OK
8. It will take you back to the SVC Programming. Press the upper
right hand soft key to select EXIT
9. Press END.
10. Phone will power cycle and programming is complete.
NEOPOINT:
Neopoint 1000
1. Press M to display Main Menu
2. Scroll to PREFERENCES
3. Press softkey under SELECT
4. Enter 040793
5. Scroll to PROGRAMMING
6. Press softkey under SELECT
7. Enter OTKSL
8. Press softkey under DONE
9. Scroll to PHONE NUMBER
10. Enter 10 digit MIN
11. Scroll to HOME SID
12. Enter SID (4654)
13. Press softkey under SAVE to exit
14. Programming is complete
NEOPOINT 1600
1. Power the phone on
2. Press the “Menu” key
3. Scroll to “Preferences” – press “Select”
4. Key in the “Field Service Code” (the phone will not prompt you
for the code)
at the “preferences” screen to access the “Service” menu (Default
code is “000000″)
5. Scroll to “Programming” – press “Select” – the phone will ask for
the “Subsidy Lock Code”
6. Enter the “Subsidy Lock Code(654321)” to access the “NAM” menu
7. Select the NAM to be programmed (NAM 1 or NAM 2)
8. Program the NAM – Phone number and CDMA Home SID
9. After programming has been completed press “Save” – the phone
will reset
Handspring TREO:
1. Open the flip and press the PHONEBOOK button one time to display
the dial pad
2. Enter ## and the OTKSL using the numbers on the Dial Pad
3. Press the handset button shown in the diagram above
4. At the Activations screen enter the MIN in the phone number field
using the numbers on the device keyboard
5. Put a check in the Enable Number Portability box and type the
MSID in the MSIN field
6. Press OK
7. The device will display the network search pop-up and return to
the Phonebook display
Hitachi P300:
1. Enter ## and the 6 digit OTKSL
2. Press the Options soft key and then scroll to Save Phone #. Press
the OK soft key.
3. At the NAM display scroll to EDIT and press the OK soft key
4. Display will read NAM and MDN will be highlighted. Press the OK
soft key.
5. At the MDN display enter the 10 digit MIN and press the SAVE soft
key.
6. At the Save prompt press the OK soft key. The next display will
show several options that should not edited.
7. Press the EXIT soft key and the device will power cycle.
8. Programming is complete.
Sanyo:
Sanyo 4000 4500 4700 5000 6000
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. ESN will be displayed – press OK
5. Enter 10 digit MIN and press OK
6. Enter SID (4654) and press OK
7. Press OK twice
8. Programming is complete
Sanyo 5150 5300 and 6400
1. Enter ## followed by the OTKSL
2. Press MENU SAVE PHONE #
3. Press Ok
4. SVC Programming will be displayed. Scroll and highlight Mobile
Number. Press OK
5. Press OK again
6. ESN will be displayed. Press OK
7. Mobile Number will be displayed enter the 10 digit MIN press OK
8. Press OK 4 times
9. Phone will power cycle
10. Programming is complete
Sanyo 6000
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Press MENU Key and scroll to SAVE PHONE # and press OK
4. ESN will be displayed press OK
5. Enter MIN and press OK
6. Enter SID and press OK
7. Press OK twice more
8. Programming is complete
Sanyo 4900
1. Enter ## followed by the 6 digit OTKSL
2. Press the MENU/OK key and scroll and highlight SAVE PHONE #
3. Press MENU/OK
4. Scroll and highlight MOBILE NUMBER press OK
5. At the ESN display press OK
6. In the MOBILE NUMBER screen enter your MIN and press OK 4 times
7. At the service program menu scroll to exit and press the MENU/OK
key.
8. Programming is complete
Sanyo 6200
1. Enter ##
2. Enter OTKSL
3. Press the MENU key and scroll to highlight SAVE PHONE #
4. Press OK
5. Scroll and highlight MOBILE NUMBER
6. Press OK twice
7. Scroll and highlight EXIT
8. Press OK
9. Phone will power cycle
10. Programming is complete
Toshiba:
Toshiba 2032P
1. Slide the Radio Standby Switch on the left side of the device to
the upper side (ON) to activate the phone function. This is the
switch with the phone icon over it
2. After power up is completed use the stylus to tap on the ADMIN
pull up menu at the bottom of the screen and select ACTIVATION
WIZARD. If your device has not yet
been activated the ACTIVATION WIZARD will automatically start when
you turn on the radio in your device.
3. Tap NEXT 3 times. If the device has been previously activated it
will require only 2 presses.
4. On the fourth screen enter the 6 digit OTKSL using keyboard
5. Enter the MIN in both entery fields then tap NEXT
6. Wait for the device to initialize and display “ready to connect”
7. To initiate IOTA tap the word ADMIN at the bottom of the display
and then Data Provisioning
8. Programming is complete
*******
Here is a list of various codes to try out. Some may require an MSL
to be able to make full use of the functionality.
##2769737 [##BROWSER] – MiniBrowser Settings (2G)
##8626337 [##VOCODER] – Set Vocoder
##3282 [##DATA] – Setup Menu for Vision handsets
##8463 [##TIME] – Airtime Menu
##040793 – Debug Menu
##786 [##RUN] – Technical Information (be careful with this one, you
can reset the handset)
##932 [##WEB] – IP Address information (2G)
##889 [##TTY] – TTY On or TTY Off
##4357 [##HELP] – Help
alcatel
Master Codes
- 25228352
- 25228353
- 83227423 (TH3/4,BH4,BF5,BG3,BF3/4..)
###337*07# – master reset (with SIM)
###847# – factory reset (with SIM)
Alcatel 835 formating – **0102#
enol
mıtsubıshı
*#987*00# – Service menu
*#987*99# – Full reset
*#900# – SW version
fly bird
S688 – #*301#02# send – with SIM
menu:
7 – 10 – ok,
#*8000#, #*3676# (reboot repair)
V09, S1180 – *, 3 times down, 3 times up – service menu
huawai
MASTER SECURITY CODE
-309296
-3092
-9296
maxon
*#9922# – menu, reset (without SIM)
*#9900# – Software Version
*#9901# – Software Version (PBatch)
mıtsubıshı
hold * 476989 NS Lock Menu
hold * 482896 CP Lock Menu
hold * 574243 NS Lock Menu
hold * 967678 SP Lock Menu
hold * 362628 IMSI Lock Menu
hold * 787090 Lock net.level
hold * 787292 Lock net.level
hold * 3926 Shut Down…
*#06# :for IMEI
*#92702689# :All Manufacture (Warranty)
*#3370# :Enable EFR (To disable, Type it again. Phone Automatically Restart)
*#0000# :View Software version
*#7780# :Restore factory settings
*#67705646# :Clear LCD Display (Operator Logo)
*#2820# :Bluetooth device address
*#746025625# :SIM lock allowed statue
*#62209526# : Display the MAC address
#pw+1234567890+1# :Show if SIM restrictors.
*#4720# :half rate Codec activation (To disable, Type it again)
*#7370925538# :S-60 (Reset)
Default code is 12345
*#3925538# : Delete the contents and code of wallet
*#7328748263373738# :Reset Phone Code. Default code is 12345
Below are some reset codes for various Series 40, 60 and the new Series 80 Communicator series (Nokia 9300/9500):
Full Reset: (clears everything off the phone memory!! Be sure to back up your contacts!!): *#7370#, 12345 and then Yes.
Soft Reset: *#7780#, 12345 and then Yes. (Also works on Nokia S40 phones as a full reset)
*#335738#
*#delset#
This deletes the Email, GPRS, MMS settings that cannot be erased via phone options. (Newer Series 40 phones only i.e. 6230(b))
SAMSUNG
*#1234# :SW Version
*#2222# :HW Version
*#0842# :Vibrator Test
*#0289# :Buzzer Test
*#0228# :Battery Statue
*#0782# :RTC Display
*#0523# :LCD Contrast
*#0377# :NVM error Log
*#5646# :Logo set
*#0778# :SIM Service Table
*#0638# :SIM Network ID
*#0746# :SIM Info
*#076# : Production no
*#2576# :SIM errors
Lock Manager
*2767*2878# :EPROM Reset
*2767*3855# :Master Reset
*#2767*63342# :Media Reset
*2767*667# :MMS reset
*2767*927# :WAP Reset
If you’re Phone will not reset by using those code:
*2767*637#
*2767*688#
#*7337#
*#9998*3323#
*#9998*627837793#
*2767*7822573738#
unlock Code
Model: Samsung SGH-E715
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung SGH-M100
Type *#9998*627837793#. Then type *#9998*737#. Press >/ [] (Play Stop) until phone shows NCK/SPCK number. Press Exit. Type #0111*CODE# (Code is the last 8 digits of the NCK/SPCK)
Model: Samsung SGH-S105
Remove SIM Card. Enter *2767*7822573738# and after phone reboots, enter #0111*00000000#
Model: Samsung SGH-S307
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung SGH-X100
Turn off the phone. Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. Choose menu #7. After phone reboots type *0141# and hit the Call button. Turn off and insert another SIM Card. Turn on. The code is 00000000.
Model: Samsung Universal
TEMPORARY UNLOCK:
Put a non-accepted SIM Card and turn it on. Type *#9998*3323#. Press Exit. You will get a new menu. Select Malloc Fail.
In newer phones:
#*7337#
LG
2945*#01*# :Secret menu for LG
*#06# :IMEI (ALL)
*#07# :IMEI and SW (LG 510)
*8375# :Software version (LG B1200)
*6861# :Recount cheksum (LG B1200)
1945#*5101# :Simlock menu (LG B1200)
2945#*5101# :Simlock menu (LG 510W, 5200)
2945#*70001# :Simlock menu (LG 7020, 7010)
2947#* :Simlock menu (LG 500, 600)
LG-U81XX SPECIAL CODES
Code to read phone version :
- Phone without SIM
- Enter 277634#*# or 47328545454#
- Select ‘SW Ver.info’
Code to reset phone :
- Phone without SIM
- Enter 277634#*# or 47328545454#
- Select ‘Factory Reset’
Code to enter UNLOCK MENU :
- Phone wit SIM inside
- Enter 2945#*88110#
Test Menu 8330 : 637664#*#
Test Menu 8180 V10a : 49857465454#
Test Menu 8180 V11a : 492662464663#
Test Menu 8130-8138 : 47328545454#
Test Menu 8110-8120 : 277634#*#
__________________________________________________ _
Alcatel
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: * # 0 6 #
Net Monitor: 0 0 0 0 0 0 *
Bosch
IMEI Number: * # 0 6 #
Dafault Language: * # 0 0 0 0 #
Net Monitor: * # 3 2 6 2 2 5 5 * 8 3 7 8 #
Dancall
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: * # 9 9 9 9 #
SIMcard serial number: * # 9 9 9 4 #
Information about battery status: * # 9 9 9 0 #
Selftest (only Dancall HP2731): * # 9 9 9 7 #
Show version configuration: * # 9 9 9 8 #
Net Monitor: * # 9 9 9 3 #
Ericsson 6xx/7xx/8xx
IMEI number: * # 0 6 #
Software version: > * < < * < * Default language: Enter to phone menu without SimCard – after Wrong PIN press NO: * * 0 4 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 # Information about SIMLOCK: < * * * < < * < * Default language: Enter to phone menu without SimCard – after Wrong PIN press NO: * * 0 4 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 * 0 0 0 0 # Information about SIMLOCK: < * * < Hagenuk (Duet) IMEI number: * # 0 6 # Software version check: # # 9 1 4 0 * 8 3 # 7 5 * 2 # Motorola IMEI number: * # 0 6 # Net Monitor ON: * * * 1 1 3 * 1 * [OK] Net Monitor OFF: * * * 1 1 3 * 1 * [OK] * – press this until box shown up Maxon *#9988# Tetris Play *#9900# Software Version *#9911# L1 Debug on/off *#9916# Text (scroll trough with up/down) *#9937# Discharging battery *#9958# Watch stop *#9959# Watch start *#9960# Contrast set Lock status *#9917# NOKIA 5110/5120/5130/5190/6110/6120/6130/6150/6190 IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 0 0 0 0 # Simlock info: * # 9 2 7 0 2 6 8 9 # Enhanced Full Rate: * 3 3 7 0 # [ # 3 3 7 0 # off] Half Rate: * 4 7 2 0 # Provider lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 1 Network lock status # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 2 Provider lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 3 SimCard lock status: # p w + 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 + 4 1234567890 – MasterCode which is generated from IMEI Nokia 3110 IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 0 0 0 0 # or * # 9 9 9 9 # or * # 3 1 1 0 # Simlock info: * # 9 2 7 0 2 6 8 9 # Philips IMEI number: * # 0 6 # Simlock info: * # 8 3 7 7 # Security code: * # 1 2 3 4 # (Fizz) or * # 7 4 8 9 # Samsung SGH600/2100DB IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 9 9 9 9 # albo * # 0 8 3 7 # Net Monitor: * # 0 3 2 4 # Chaning LCD contrast: * # 0 5 2 3 # Memory info: * # 0 3 7 7 # albo * # 0 2 4 6 # Reset memory (SIMLOCK`a removing!!!): * 2 7 6 7 * 3 8 5 5# Reset CUSTOM memory: * 2 7 6 7 * 2 8 7 8 # Battery state: * # 9 9 9 8 * 2 2 8 # Alarm beeper: * # 9 9 9 8 * 2 8 9 # Vibra test: * # 9 9 9 8 * 8 4 2 # Sagem IMEI number: * # 0 6 # Service Menu access: MENU 5 1 1 # Siemens C25/S25 IMEI number: * # 0 6 # Software version: put off sim card and enter: : * # 0 6 # and press LONG KEY Bunus screen: in phone booke: + 1 2 0 2 2 2 4 3 1 2 1 Net Monitor (S4 Power): Menu 9 8, left SoftKey, 7 6 8 4 6 6 6, Red phone, Menu 5 6 Sony IMEI number: * # 0 6 # Software version: * # 8 3 7 7 4 6 6 # Show list of product creator names (you must save this number in your Phone Book with “own phone no.” record): + 1 2 0 2 2 2 4 3 1 21 Samsung sph-n240, n400, a460, a500, Nam Set: ##Spc Test Mode: 47*869#1235 Debug Menu: ##33284,ok Service Menu: Menu+8+0 (#889) Reset (Life time, Clear Memory, etc): ##786,ok A-key: ##2539,ok Label Selection: ##3882,ok Label(Home, Work, etc) : **523,ok NGG Setting (Gateway, etc.): ##2769737,ok Vocoder: ##8626337,ok CAI Change: ##7738,ok Enable TTY: ##889,ok Samsung sch-411, 611, n105, a100, a300, a2000, Nam Set: 47*869#08#9 Nam Set: Menu+60 Test Mode: *759#813580 Test Mode: 5809540*45680 A-key: Menu+0, 25## External Audio: Menu+0, #### Debug Menu: Menu+8, 0415 or Spc Debug Menu: Menu+9, 0415 or Spc Brief NAM Programing: Menu+40,626 (not all version) LCD Contrast: Menu+45 (not all version) SIO Mode: Menu+49 SIO Mode: Menu+69 Samsung a300, a530, a610, a620, a660, a670, Nam Set: Menu, 6, * Service Menu: Menu, 9, * Test Mode: 47*68#13580 Samsung X, E, V, S-series (korean), e250, v420, s250, etc Nam Programming: Nam Set: 6548#0**4#6 Nam Set: 47*869#08#9 Nam Set: 74153697193 Test Mode: 5809540*45680 (88 – efs clear) Debug Menu: Menu(hold 2sec)+0, 6725 or 9720 or 1973 or 0415 Debug Menu: Menu+0(hold 2sec), 6725 or 9720 or 1973 or 0415 Samsung N356 (India version) Test Mode: Menu, 5, down arrow, * Test Mode: **00## (in some flashes) Samsung i700, etc Nam Programming: Nam Set: Go to start and select “PHONE” from the drop down menu, dial #83587 Samsung i300, 1. Tap on the Phone Icon with stylus 2. Press #907*9#0 ENTER LOCK should appear on screen 3. Enter OTKSL 4. SVC MENU will appear press 1 5. Enter 10 digit MIN and then press SAVE 6. Press SAVE again 7. Press 3 and then press SAVE 6 times 8. Enter the HOME SID and press SAVE once 9. Press END key twice TEST MODE COMMANDS n105_test_mode.txt a500_test_mode.txt a530_test_mode.txt KYOCERA Qualcomm qcp-800 Nam Pogramming: Nam Set: Menu+3+0+Spc Field Test: Menu+7+0+Fsc Kyocera 1135, 2255, 3035, 5135, 6035, Se47, Nam Set: 111111+Jog Dial(Ok), Select “Programming”+Spc CAI Change: ##7738,ok Enable TTY: ##889,ok Life Timer, PRL, etc: ##786,ok A-key: ##2539,ok A-key: 2539,ok SANYO Sanyo 4900, 5150, 5300, 8100, etc Nam Programming: Nam Set: ##Spc+Ok+Key Down+Ok Advanced Setup: ##3282+Ok+Key Down+Ok+Msl A-key: ##2539+Ok+Key Down+Ok Version: ##**837+Ok+Key Down+Ok Debug Menu: ##FSC+Ok+Key Down+Ok Airtime menu: ##8463+Ok+Key Down+Ok Change CAI: ##7738+Ok+Key Down+Ok Vocoder: ##8626337+Ok+Key Down+Ok Reverse Logistic: ##786+Ok+Key Down+Ok Set IP Address: ##2769737+Ok+Key Down+Ok TTY On/Off: ##889+Ok+Key Down+Ok Ready Link: ##4636+Ok+Key Down+Ok Browser Init On/Off: ##4682+Ok+Key Down+Ok Picture Token: ##25327+Ok+Key Down+Ok Unknown Code: ##5282277+Ok+Key Down+Ok (SPC=000000, FSC=040793) Sanyo scp-A011, smp-A017, etc Nam Programming: Nam Set: F9(3 beep) + 0*72696#767 NOKIA Nokia 3280, 3285, 3580, 3585, 5185, 6185, 8280, etc Nam Set: *3001#12345# Software Version: *#837# Software Version: *#9999# Esn Number: *#92772689# Restart Phone: *#75681# Restart Phone: *#75682# Nokia 8887 Nam Set: *3001#12345# Version: *#0000# Evrc: *#8378# Esn/Data/Timer: *#92772689# SID: *#743# Nokia 8587 Nam Set: *#626#7764726# A-Key: #8159357022#4579# (26 digits) A-Key: #8159357022#4547# (20 digits) Version: *#0000# Version: *#837# Vocoder: *#3872# Change language: Menu 5, 3, 1 Change DM mode: *#7678# debug Screen: *#8378# Debug: *#8380# Field Test Menu: *#83788# SPC Unlock, Factory Reset: Full Factory Reset: *#7370# Resets all settings including non-user changeable items (like SPC) NOKIA 51xx, 61xx, 71xx, 3285, 63xx, etc: 1) Turn on the phone. Press *3001#12345# 2) Scroll up to where it says “Field Test” and choose SELECT 3) Highlight “Enable” and choose OK. Turn the phone off then back on. 4) If the test mode screen does not show up press MENU and scroll down to “Field Test” choose SELECT. Press 0 1 then choose OK. 5) Lower left or upper left number is the signal strength. 6) To turn off the test mode press MENU and scroll down to where it says “Field Test” choose SELECT. Press 0 0 and then choose OK. 3360, 6360: 1) Turn on the phone. Press *3001#12345# 2) Scroll up to where it says “Field Test” and choose SELECT 3) Highlight “Enable” and choose OK. Turn the phone off then back on. 4) If the test mode screen does not show up press MENU and scroll down to “Field Test” choose SELECT. Press 2 1 0 1 then choose OK. 5) Lower left or upper left number is the signal strength. 6) To turn off the test mode press MENU and scroll down to where it says “Field Test” choose SELECT. Press 2 1 0 0 and then choose OK. AUDIOX Audiovox 4000, 9000, 9100, 9155, 9500, etc Nam Programming: (Power the phone on and wait until the little light on top goes out) Nam Set: 289+fcn+#+1 Service menu: fcn+00+fsc(000000) Test Mode: Hold (2,*,Rcl)+Power Test Mode Commands: 99 – download – flash phone 124 – inam data write 125 – version 126 – esn read 127 – sec_code 128 – lock_code 129 – is WFTV data write 137 – FSC code 138 – NPcode (nam program code) 139 – dscode 141 – restart 218 – Read_Addr 000 – is cdma mode 001 – is fm mode 002 – is pcs mode 008 – is reg read addr 020 – is lna_range Audiovox pcx-3500xl Nam Set: ##2726+Send+1998+1+Spc+1 Audiovox cdm-100, 130, 135, 8300, 8500, 8600, Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Audiovox 8610, 8910, etc Nam programming: Name Set: ##847446, end, 111111 Audiovox-107 Nam Programming: Nam Set: 45680*47*869#1 Audiovox CMP-3 Nam Programming: Nam Set: 45680*47*869#1 Dm Mode: Menu, 6, 6 Audiovox 9950 Nam Programming: Nam Set: ##3282 Audiovox Z800 (Audiovox 7900, Sharp) Nam Programming: Nam Set: m + # + envelope key + * + 1 Audiovox Thera (Toshiba 2032) Nam Programming: Thera Nam Programming User Manual – nam_thera.pdf AUDIOVOX 9100, 9155: 1) Turn on the phone. As soon the phone comes on and the green light turns off press RIGHTARROW, 0, 0. The phone will ask for the “FSC Code”, press 000000 then choose OK and press RIGHTARROW, RIGHTARROW. Your phone is now in test mode. 2) The signal strength is the number on the top right hand side of the screen. 3) To turn off test mode shut of the phone and then turn it back on. MOTOROLA Motorola 7760, 7860, 2260, 8160, etc Nam Programming: Nam Set: Fcn,0000000000000, Rcl Nam Set: 74663#, Fcn, Fcn Test Mode: Fcn, 00**83786633, St Motorola v60c, v120c etc Nam Programming: Nam Set: 74663#, Menu, Menu, Spc Nam Set: Menu, 073887, * (type quickly) Test Mode: Menu, 073887*, Spc Debug Mode: ##33284 Force the phone into DIGITAL ONLY mode: 1) ##33284 (Debug) 2) RIGHT Softkey (Next) Twice 3) Down arrow 10 times to “PrefMod” 4) RIGHT Softkey (Change) until you see “DigOnly” 5) LEFT softkey (Exit) 6) MENU then LEFT Softkey return to idle screen 7) ##33284 (The last 4 will not display if you have done it correctly) Motorola t182, c210, : Nam Set: ##1111 end Nam Set: ##298645665 end Short Nam: ##073887 sto Motorola v710, v730, v740, ms150,: Nam Set: 8378*# + press 3 times NATE (spc – 071082) Test Mode: Menu, 073887*, Spc Service Menu: #758353266#646# Motorola StarTac 2004 Nam Set: 5759789*#, rec key (3)times (spc – 915037) Motorola ms200, ms230, etc Nam Programming: Nam Set: 5759789*# (spc – 915037) Motorola v6060 Nam Programming: Nam Set:147*369#456*0# MOTOROLA v60, c120, c331, etc: 1) Turn on the phone. Press MENU 0 7 3 8 8 7 * 2) The phone will require you to “Enter a Security Code”, press 000000, OK 3) Scroll down to “Test mode” choose SELECT. Scroll down to “Enable” choose SELECT. Your phone is now in test mode. 4) Signal strength is the 3_rd number down on the left hand side of the screen. 5) To toggle between regular mode and test mode: Press MODE then quickly press the BUTTON DIRECTLY TO THE LEFT OF MENU. 6) To turn off the test mode the phone must be in regular mode, then follow the above sequence and scroll down to where it says “DISABLE” instead of “ENABLE” and choose select. SK TELETEC Sky All Models Nam Programming: Nam Set: #7583538324#626# Nam Set: *759#364*7388464# Min simple mode: #758353266#646# Irm simple mode #758353266#476# Voice memo: #8767#277# Test Mode: #7583538324#8378# A-key: #758353266#2539# Service Menu: Menu+4+0+Spc Service Menu: Menu+5+0+Spc WITHUS / MODOTTEL Withus wce-100, 200, 300, etc Nam Programming: Nam Set: ##948487+Save Nam Set: ##948482+Save Nam Set: ##66835+Save SMS Settings: ##76766 NVM Rebuild: ##777464 HYUNDAI Hyundai hwp-110 : Nam Set: #86904**89397# DM Mode: ##2740* (Open phone, inter code, close phone) Hyundai hgc-120, 130, 200 Nam Programming: Nam Set: #86904**89397# Hyundai hgc-310, 600, 610 Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Code Field Test: ##20022002+Pwr+1+Master Code Hyundai Curitel h-100, 150, hx-510b, 520 Nam Programming: Nam Set: ##20022002+Pwr+1+Spc Code Field Test: ##20022002+Pwr+1+Master Code A-key: 2539** Debug Menu: ##27732726+Pwr Sar Test: ##27752345+Pwr Baud Rate: ##36**+Pwr DM Mode Enable: **1004+Pwr DS Mode Enable: **1005+Pwr Test Bell/Voice/Led/Dot: ##1122+Pwr RF Mode: ##2240+Pwr Ras Ram: ##2774+Pwr Cmux1: **0481+Pwr Cmux2: **0482+Pwr RX Mode Fax: **0492+Pwr RX Mode Data: **0491+Pwr RX Mode Reset: **0490+Pwr HUAWEI Huawei ETS-668, 678, 688, etc Nam Programming: Debug Mode: ##44+Menu Debug Screen: ##33+Menu CDG2 Test enable: ##234+Menu CDG2 Test disable: ##432+Menu China Lang Select: ##123+Menu Blocking Debug Code: ###888+Menu Home System Only On: ##461+Menu Home System Only Off: ##460+Menu ERICSSON Ericsson A1228c, T61, etc Nam Programming: Short NAM: 987+Menu Long NAM: 923885+Menu+Spc CDMA Mode: 904093+Menu Analog Mode: 904095+Menu QNC: 904097+Menu Debug Screen: 904090+Menu DM Mode: 904050+Menu Sony-Ericsson T608 : Nam Set: 923885, Joystick to the right, 111111 EPSILON / COMPAL Epsilon vc-5x : Nam Set: **147258963## Programming1: **1232580## Programming2: **321456987## Version: **1470963## Debug: **000000## Menu_1: **078987## Menu_2: **1234756## A-key: 2539** Reset: **14789## VK MOBILE VK-100C, 110C, 200C, etc Nam Programming: Nam Set: 15314753974159 Test Mode: 153147539123258 (88 – clear efs) Z510, Z710i(gcd-456) Nam Programming: Nam Set: Menu+0+Spc <>
AMC450 Nam Programming:
Nam Set: *74269#*748#96148063+SEL
GTRAN
Gtran gcp-2000 Nam Programming:
Nam Set: 01#737+Spc
Debug Menu: 01#324+Spc
Debug Mode: 01#727
Test Mode: 01#764+Spc
System Test Mode: 01#768+Spc
Gtran gcp-5000 Nam Programming:
Debug Mode: 01#727+Spc
Test Mode: 01#765
PANASONIC
1) Turn on the phone. Press #7764726# choose SEND
2) Scroll down to where it says “NAM 1″ and choose OK. Scroll down
to “Access To Level 4″ choose YES. Scroll down to “Built-In-Monitor”
and choose EDIT.
3) Press 1 and choose OK then choose BACK. The phone will say
“Back To Level 1″ choose YES. Now choose EXIT the phone will ask you
“Exit And Save Change” choose YES.
4 Signal strength is the top right number on the screen.
5) To turn off the test mode follow the above sequence except press 0
instead of 1 at the “Built-In-Monitor”
<>
Synertek S200 Nam Programming:
Nam Set: Menu+0+Spc
Debug Mode:
Test vibro/rx/tx: ##5555+Save
Debug Screen: ##33+Save
Debug Screen: ##523+Save
RF Test: ####+Save
Unknown code: ##325+Save
<>
Sony CM-M1300, 3300, Z200 Nam Programming:
Nam Set: 111111+Ok(Jog Dial)+Select+Programming+Ok+Spc
Samsung:
All type of phones (old modeles):
NAM programming: 47*869#08#9
Test mode: *759#813580 or 5809540*45680
exit test mode – 02
A-Key: menu + 0, code 25##
Samsung A500
1. Enter ## and the 6 digit OTKSL
2. SERVICE MENU will appear and 1.Basic will be highlighted
3. Press OK
4. Device will display NAM CDMA/ Phone Number
5. Enter 10 digit MIN
6. Press OK (3 times)
7. Display will return to Service Menu. Press END.
8. Programming is complete
Samsung N240 and N400
1. Enter ## and type in the 6 digit OTKSL
2. The display will show SVC MENU and 1. Phone Number
3. Press OK
4. Enter the 10 digit MIN and press OK
5. The display will show NAM with Home SID on the second line (Note:
SID is no longer used)
6. Press OK
7. The display will return to the SVC MENU
8. Press END to complete the programming
Samsung Uproar
1. Press MENU key
2. Enter 9 2 0
3. Enter the OTKSL
4. At SVC Menu screen press OK
5. Enter MIN and press OK 4 times
6. Enter SID (4654) and press OK
7. Press END key
8. Programming is complete
Samsung N300
1. Press ## followed by the OTKSL
2. SVC menu will be displayed
3. Press 1 for Phone #
4. Enter the 10 digit MIN and press OK
5. MIN that was entered will be displayed press OK
6. SVC Menu will display press 3 for NAM
7. Enter the 4 digit Home SID press OK
8. Press END and handset will power cycle
Samsung i300
1. Tap on the Phone Icon with stylus
2. Press #907*9#0 ENTER LOCK should appear on screen
3. ENTER OTKSL
4. SVC MENU will appear press 1
5. Enter 10 digit MIN and then press SAVE
6. Press SAVE again
7. Press 3 and then press SAVE 6 times
8. Enter the HOME SID and press SAVE once
9. Press END key twice
Samsung A400 and A460
1. Enter ## and OTKSL
2. Press 1 for Basic at MENU (1 of Phone # when using the MSL)
3. Enter 10 digit MIN and press OK
4. At 1.Basic Menu press the END key
5. Handset will power cycle
Samsung 3500 8500 6100 N200
1. Press MENU
2. Press 6 0 (3500) 8 2 0 (8500/6100/N200)
3. Enter OTKSL
4. Press 1 at SVC MENU Screen
5. Enter MIN and press OK
6. Press OK 4 times
7. Enter SID (4654) and press OK
8. Press END key
9. Programming is complete
Qualcomm:
QCP-800 programming: menu + 3 + 0.
SPC: “000000″ or may be other SPC typed by user.
QCP-820/1920/2035: type “111111″ and press Jog Dial.
Choose “Programming” and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
QCP 1960 and 2760
1. Press softkey under the work MENU
2. Press 8 0
3. Enter the OTKSL
4. Press softkey for OK
5. Enter MIN and press softkey for OK
6. No SID is require for this handset
7. Press softkey for EXIT
8. Programming is complete
LG:
LGC-300 programming: menu + 9 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user
A-Key: press STO for some time while you can see special code enter
zone. Type 2539** and enter A-key
LGC-330W programming: menu + 4 + 0 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LGC-800W /500 programming: menu + 0 and enter SPC: “000000″ or may
be other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LGC-510 programming: menu + 3 + 0 and enter SPC: “000000″ or may be
other SPC typed by user.
A-Key: type 2539** and enter A-key
LG1010 LG4NE1 TP2200 TP2100 Touchpoint SB/DB TP 1100 TP5200
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. Scroll to MIN and press OK
5. Enter 10 digit MIN scroll to SAVE and press OK
6. Scroll to SID and press OK (Skip on 4NE1 go to RESET PHONE and
press OK to complete)
7. Enter SID (4654) and scroll to SAVE and press OK
8. Programming is complete
LG5350
1. Enter ## and enter the OTKSL and press the left soft key under
the word “Save”
2. At the Service Program display select Mobile Phone # and press
the OK in the center of the 4 way navigation key
3. Enter the 10 digit MIN and press OK
4. Scroll down to 4. Advanced and press OK
5. Scroll to NMSI and press OK
6. Enter the MSID and press OK
7. Scroll down to 9. Amps Phone # and press OK
8. Enter the MSID and press OK
9. Press the END key
TP 2100
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Scroll to SAVE and press Roller Ball in for OK (ESN will display)
4. Select NEXT (by pressing in the roller ball)
5. Scroll to EDIT and press in the roller ball
6. Enter MIN
7. Scroll to SAVE and press roller ball in
8. Select NEXT at the next 3 screens and then EXIT
9. Programming is complete
TP3000
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. Open flip
5. Use Stylus to enter the 10 digit MIN
6. Press OK (No SID entry is required)
7. Programming is complete
TP 5250
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. The phone display will read SVC Program
5. Scroll to MOBILE PHONE # and press OK
6. Phone display will read Mobile Phone Number
7. Enter the 10 digit MIN and press OK
8. Scroll to Home SID and press OK
9. Enter the 4 digit SID (4654) and press OK
10. Reset Phone will be highlighted. Press OK
11. Phone will reset
12. Programming is complete
LG V111(DM110)
[menu]30.
After ask lockcode, enter: 843691.
Ericsson:
Programming:
Shot NAM 987 + menu
Long NAM 923885 + menu and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
CDMA mode 904093 + menu
Analog mode 904095 + menu DM mode 904959 + menu
Hyundai:
HGC-120E / -130E programming: #86904**89397#
HGC-600E programming: ##20022002, END and enter SPC: “000000″ or may
be other SPC typed by user.
Sony:
CM-M1300/3300/Z200 programming: type “111111″ and press Jog Dial.
Choose “Programming” and enter SPC: “000000″ or may be other SPC
typed by user.
Sony CM-M1300
1. Power phone on
2. Enter six “1s” ( 111111 )
3. Press the jog dial in
4. Press the jog dial in again to select programming
5. Enter six “0s” for the service security code
6. Phone displays the ESN
7. Press the jog dial in for OK
8. Enter your ten digit cellular telephone number
9. Press the jog dial in for OK
10. Enter your cellular carrier’s system ID (SID) without the zeros
(Example: if your carrier’s system ID is 00035, enter just 35)
11. Press the jog dial in for OK
12. Enter a name for NAM 1 or just press the jog dial in for OK
13. Phone displays Basic NAM 1 Programming is complete
14. Press the jog dial in
15. Press the jog dial in again for EXIT
16. Phone powers itself off
17. Press the power button to power the phone back on
18. Basic programming is complete
Motorola:
StarTAC 7760/7860
Service menu: FCN+0+000000+000000+RCL
Test mode: FCN 00**83786633 STO
V60c programming:
Service menu: 74663 # [Menu] [Menu] (programming code)
Test mode: [Menu] 073887 * (security code = 000000)
Motorola Tarpon (120x)
1. Press 74663 (spells PHONE)
1. Press # MENU MENU quickly
2. Enter OTKSL
3. The work MIN will be highlighted
4. Select the word CHANGE by selecting the top right button
5. Select DELETE. Press and hold the button until clear
6. Have the customer enter the 10 digit MIN number
7. Select OK with the top right button. The “User Activation” screen
will appear
8. Scroll to highlight the CDMA Sys ID
9. Select CHANGE by selecting the top right button
10. Enter SID
11. Select OK by selecting the top right button
12. Select DONE with the top left button
13. Press the END key
14. Press # MENU MENU quickly
15. Enter OTKSL
16. The work MIN will be highlighted
17. Select the word CHANGE by selecting the top right button
18. Select DELETE. Press and hold the button until clear
19. Have the customer enter the 10 digit MIN number
20. Select OK with the top right button. The “User Activation”
screen will appear
21. Scroll to highlight the CDMA Sys ID
22. Select CHANGE by selecting the top right button
23. Enter SID
24. Select OK by selecting the top right button
25. Select DONE with the top left button
Press the END key
Motorola Phones (ALL)
1. Enter 74663 # FCN FCN
2. Enter OTKSL
3. Enter MIN and press STO
4. Enter SID (4654) and press STO
5. Press STO again – programming is complete
Note: on the Tarpon (120C) you will need to press the MENU key
instead of FCN.
Nokia:
5185/6185 programming: *3001#12345#
Software version: *#837# or *#VER# or *#9999#
Serial / ESN: *#92772689# or *#WARRANTY#
Phone reset: *#75681# or *#75682#
Nokia 6185-5170
1. Press *#639#
2. Enter OTKSL and press OK
3. Enter the MIN and select OK
4. Enter the SID and select OK
5. Programming is complete
Nokia 3585
1. Enter ## followed by the OTKSL
2. Number (MDN) is highlighted. Press the upper left-hand soft key
to select
3. Mobile Number will display. Enter the 10 digit MIN
4. Press OK
5. IMSI will appear. Press and hold the Clear key until the display
is empty.
6. Enter 31000 plus the MSID (15 digits total)
7. Press the upper left hand soft key and select OK
8. It will take you back to the SVC Programming. Press the upper
right hand soft key to select EXIT
9. Press END.
10. Phone will power cycle and programming is complete.
NEOPOINT:
Neopoint 1000
1. Press M to display Main Menu
2. Scroll to PREFERENCES
3. Press softkey under SELECT
4. Enter 040793
5. Scroll to PROGRAMMING
6. Press softkey under SELECT
7. Enter OTKSL
8. Press softkey under DONE
9. Scroll to PHONE NUMBER
10. Enter 10 digit MIN
11. Scroll to HOME SID
12. Enter SID (4654)
13. Press softkey under SAVE to exit
14. Programming is complete
NEOPOINT 1600
1. Power the phone on
2. Press the “Menu” key
3. Scroll to “Preferences” – press “Select”
4. Key in the “Field Service Code” (the phone will not prompt you
for the code)
at the “preferences” screen to access the “Service” menu (Default
code is “000000″)
5. Scroll to “Programming” – press “Select” – the phone will ask for
the “Subsidy Lock Code”
6. Enter the “Subsidy Lock Code(654321)” to access the “NAM” menu
7. Select the NAM to be programmed (NAM 1 or NAM 2)
8. Program the NAM – Phone number and CDMA Home SID
9. After programming has been completed press “Save” – the phone
will reset
Handspring TREO:
1. Open the flip and press the PHONEBOOK button one time to display
the dial pad
2. Enter ## and the OTKSL using the numbers on the Dial Pad
3. Press the handset button shown in the diagram above
4. At the Activations screen enter the MIN in the phone number field
using the numbers on the device keyboard
5. Put a check in the Enable Number Portability box and type the
MSID in the MSIN field
6. Press OK
7. The device will display the network search pop-up and return to
the Phonebook display
Hitachi P300:
1. Enter ## and the 6 digit OTKSL
2. Press the Options soft key and then scroll to Save Phone #. Press
the OK soft key.
3. At the NAM display scroll to EDIT and press the OK soft key
4. Display will read NAM and MDN will be highlighted. Press the OK
soft key.
5. At the MDN display enter the 10 digit MIN and press the SAVE soft
key.
6. At the Save prompt press the OK soft key. The next display will
show several options that should not edited.
7. Press the EXIT soft key and the device will power cycle.
8. Programming is complete.
Sanyo:
Sanyo 4000 4500 4700 5000 6000
1. Press ##
2. Enter the OTKSL
3. Scroll to SAVE and press OK
4. ESN will be displayed – press OK
5. Enter 10 digit MIN and press OK
6. Enter SID (4654) and press OK
7. Press OK twice
8. Programming is complete
Sanyo 5150 5300 and 6400
1. Enter ## followed by the OTKSL
2. Press MENU SAVE PHONE #
3. Press Ok
4. SVC Programming will be displayed. Scroll and highlight Mobile
Number. Press OK
5. Press OK again
6. ESN will be displayed. Press OK
7. Mobile Number will be displayed enter the 10 digit MIN press OK
8. Press OK 4 times
9. Phone will power cycle
10. Programming is complete
Sanyo 6000
1. Press ##
2. Enter OTKSL
3. Press MENU Key and scroll to SAVE PHONE # and press OK
4. ESN will be displayed press OK
5. Enter MIN and press OK
6. Enter SID and press OK
7. Press OK twice more
8. Programming is complete
Sanyo 4900
1. Enter ## followed by the 6 digit OTKSL
2. Press the MENU/OK key and scroll and highlight SAVE PHONE #
3. Press MENU/OK
4. Scroll and highlight MOBILE NUMBER press OK
5. At the ESN display press OK
6. In the MOBILE NUMBER screen enter your MIN and press OK 4 times
7. At the service program menu scroll to exit and press the MENU/OK
key.
8. Programming is complete
Sanyo 6200
1. Enter ##
2. Enter OTKSL
3. Press the MENU key and scroll to highlight SAVE PHONE #
4. Press OK
5. Scroll and highlight MOBILE NUMBER
6. Press OK twice
7. Scroll and highlight EXIT
8. Press OK
9. Phone will power cycle
10. Programming is complete
Toshiba:
Toshiba 2032P
1. Slide the Radio Standby Switch on the left side of the device to
the upper side (ON) to activate the phone function. This is the
switch with the phone icon over it
2. After power up is completed use the stylus to tap on the ADMIN
pull up menu at the bottom of the screen and select ACTIVATION
WIZARD. If your device has not yet
been activated the ACTIVATION WIZARD will automatically start when
you turn on the radio in your device.
3. Tap NEXT 3 times. If the device has been previously activated it
will require only 2 presses.
4. On the fourth screen enter the 6 digit OTKSL using keyboard
5. Enter the MIN in both entery fields then tap NEXT
6. Wait for the device to initialize and display “ready to connect”
7. To initiate IOTA tap the word ADMIN at the bottom of the display
and then Data Provisioning
8. Programming is complete
*******
Here is a list of various codes to try out. Some may require an MSL
to be able to make full use of the functionality.
##2769737 [##BROWSER] – MiniBrowser Settings (2G)
##8626337 [##VOCODER] – Set Vocoder
##3282 [##DATA] – Setup Menu for Vision handsets
##8463 [##TIME] – Airtime Menu
##040793 – Debug Menu
##786 [##RUN] – Technical Information (be careful with this one, you
can reset the handset)
##932 [##WEB] – IP Address information (2G)
##889 [##TTY] – TTY On or TTY Off
##4357 [##HELP] – Help
alcatel
Master Codes
- 25228352
- 25228353
- 83227423 (TH3/4,BH4,BF5,BG3,BF3/4..)
###337*07# – master reset (with SIM)
###847# – factory reset (with SIM)
Alcatel 835 formating – **0102#
enol
mıtsubıshı
*#987*00# – Service menu
*#987*99# – Full reset
*#900# – SW version
fly bird
S688 – #*301#02# send – with SIM
menu:
7 – 10 – ok,
#*8000#, #*3676# (reboot repair)
V09, S1180 – *, 3 times down, 3 times up – service menu
huawai
MASTER SECURITY CODE
-309296
-3092
-9296
maxon
*#9922# – menu, reset (without SIM)
*#9900# – Software Version
*#9901# – Software Version (PBatch)
mıtsubıshı
hold * 476989 NS Lock Menu
hold * 482896 CP Lock Menu
hold * 574243 NS Lock Menu
hold * 967678 SP Lock Menu
hold * 362628 IMSI Lock Menu
hold * 787090 Lock net.level
hold * 787292 Lock net.level
hold * 3926 Shut Down…
Langganan:
Postingan (Atom)