Selasa, Juli 06, 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK

Definisi
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
katarak Kongenital: Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak Senil: katarak setelah usia 50 tahun
Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
• Faktor keturunan.
• Cacat bawaan sejak lahir.
• Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
• Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
• gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
• gangguan pertumbuhan,
• Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
• Rokok dan Alkohol
• Operasi mata sebelumnya.
• Trauma (kecelakaan) pada mata.
• Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis an: nukleus korteks & kapsul.nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia.disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior & posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna.perubahan fisik & kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang & mengganggu transmisi sinar.teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi.jumlah enzim akan menurun dg bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.
Manifestasi Klinik
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pemeriksaan Diagnostik
Keratometri.
Pemeriksaan lampu slit.
Oftalmoskopis.
A-scan ultrasound (echography).
Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.
Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
Komplikasi
Penyulit yg terjadi berupa : visus tdk akan mencapai 5/5  ambliopia sensori
Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus
Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTRAHAT
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
NEUROSENSORI
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap.
Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil.
Peningkatan air mata.
NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair
PEMBELAJARAN/PENGAJARAN
Gejala : Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
Pertimbangan rencana pemulangan DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat:4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan)..
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan/pemeliharaan rumah.
PRIORITAS KEPERAWATAN
Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan ketajaman penglihatan.
mencegah komplikasi.
memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
TUJUAN PEMULANGAN
1. penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin
2. pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
3. komplikasi dicegah/minimal.
4. proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra, dan post operasi) adalah:
Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh
Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles prosedur
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
Tujuan/kriteria evaluasi:
Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien
Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan. Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan .
mengurangi perasaan takut dan cemas.
Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles prosedur
Tujuan/kriteria evaluasi:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
Tidak merintih atau menangis
Ekspresi wajah rileks
Klien mampu beristrahat dengan baik.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri (skala 0-10).
Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian.
Hindari sentuhan seminimal mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri.
Berikan analgetik sesuai dengan program medis. Untuk membantu mengetahui derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic sehingga memudahkan dalam memberi tindakan.
Tehnik relaksasi dapat mengurangi rangsangan nyeri.
Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri.
Analgesik membantu memblok nyeri.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh (miles prosedur)
Tujuan/kriteria evalusi:
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan secara tepat.
Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar
Jaga area kesterilan luka operasi
Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka
Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis Melindungi klien dari sumber-sumber infeksi, mencegah infeksi silang.
mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious.
mencegah dan mengurangi transmisi kuman
mencegah kontaminasi patogen
mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta.
http://www.shoutmix.com/
www.jakarta-eye-center.com
Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar